Senin 12 Oct 2020 14:37 WIB

Vaksin Tuberkulosis Diuji untuk Melawan Covid-19

Selama ini vaksin BCG terbukti melindungi dari infeksi parah terkait pernapasan

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Gita Amanda
Seorang bidan menunjukkan vaksin campak dan vaksin BCG, (ilustrasi).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Seorang bidan menunjukkan vaksin campak dan vaksin BCG, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti Inggris saat ini sedang melakukan uji coba terhadap vaksin tuberkulosis Bacillus Calmette-Guérin (BCG). Vaksin yang memang banyak digunakan itu, rencananya akan diuji pada petugas medis di Inggris menyoal efektivitasnya melawan Covid-19.

Berdasarkan keterangan, vaksin BGC, memang digunakan untuk melindungi diri dari tuberkulosis dan menginduksi respon sistem kekebalan bawaan yang luas. Dalam prosesnya, vaksin tersebut juga telah terbukti bisa melindungi diri dari infeksi atau penyakit parah yang berkaitan dengan patogen pernapasan lainnya.

Baca Juga

"BCG telah terbukti meningkatkan kekebalan secara umum, yang mungkin menawarkan perlindungan terhadap Covid-19," kata Profesor John Campbell, dari University of Exeter Medical School mengutip Newshub, Senin (12/10).

Dirinya menambahkan, pihaknya saat ini juga sedang mencari cara untuk menentukan, apakah memang ada efektivitas dari vaksin itu dalam melindungi orang yang berpotensi terkena Covid-19. Jika memang bermanfaat, kata Campbell, pihaknya meyakini bisa menyelamatkan nyawa dengan memberikan atau menambah vaksinasi yang sudah tersedia dan hemat biaya itu.

Studi vaksin BCG itu, saat ini juga sedang diuji sebagai bagian perlindungan terhadap Covid-19 di Afrika Selatan. Uji coba di Inggris dan Afrika Selatan menyoal BCG, diketahui sebagai bagian dari uji coba yang dipimpin oleh Australia, dalam proses uji cobanya yang diluncurkan sejak April itu, penelitian lain juga dilakukan di Belanda, Spanyol dan Brasil.

Di Inggris, uji coba itu saat ini tengah merekrut sukarelawan. Uji coba di Inggris yang dilakukan Exeter, barat daya Inggris, juga diketahui sedang mencari seribu orang yang bekerja di panti jompo dan 10 ribu perawat kesehatan komunitas terdekat.

Dalam upayanya menjelang musim dingin itu, pejabat Inggris mengklaim akan cukup sulit dalam menjalankannya. Utamanya, ketika Inggris saat ini kembali menghadapi lonjakan kasus Covid-19.

Menanggapi itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga telah mengindikasikan pembatasan untuk mencegah penyebaran. Diperkirakan, pembatasan itu akan dilakukan hingga musim semi tahun depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement