Kamis 01 Oct 2020 00:05 WIB

Mengapa Diabetes Tipe 2 'Ngetrend' di Kalangan Milenials?

Kasus diabetes tipe 2 kian banyak ditemukan pada kelompok usia muda.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Kasus diabetes tipe 2 kian banyak ditemukan pada kelompok usia muda (Foto: ilustrasi diabetes)
Foto: Needpix
Kasus diabetes tipe 2 kian banyak ditemukan pada kelompok usia muda (Foto: ilustrasi diabetes)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes mellitus (DM) tipe 2 kini tak lagi identik sebagai "penyakit orang tua". Kasus DM tipe 2 semakin banyak ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda.

Studi yang dilakukan peneliti Inggris menjadi salah satu bukti adanya peningkatan kasus DM tipe 2 di kelompok usia yang lebih muda. Studi terkini menunjukkan bahwa satu dari delapan kasus baru DM tipe 2 berasal dari kelompok usia 18-40 tahun. Pada 2000, angka kasus baru DM tipe 2 yang berasal dari kelompok usia tersebut adalah satu dari 10 kasus.

Baca Juga

Studi lain pada 2020 ini juga menunjukkan bahwa komplikasi terkait diabetes pada penyandang DM tipe 2 berusia pertengahan 20 tahun mengalami peningkatan yang mengkhawtirkan. Mereka telah terdiagnosis dengan DM tipe 2 sejak masih remaja.

Studi dalam The Lancet turut menunjukkan bahwa perempuan berusia 18-40 tahun memiliki kasus DM tipe 2 yang lebih tinggi dibandingkan perempuan berusia 40-60 tahun.

Peningkatan kasus DM tipe 2 pada kelompok usia yang lebih muda juga turut menyumbang peningkatan jumlah kasus diabetes di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa jumlah penyandang diabetes telah mengalami peningkatan hampir empat kali lipat dari sebelumnya 108 juta pada 1980 menjadi 442 juta pada 2014.

Ada banyak hal yang dinilai mempengaruhi peningkatan kasus DM tipe 2 pada kelompok usia yang lebih muda ini. Salah satunya adalah karena adanya upaya skrining DM tipe 2 yang lebih baik pada usia yang lebih muda.

Alasan lain yang dinilai turut mempengaruhi adalah hampir 75 persen orang-orang dalam kelompok dewasa muda memiliki kadar kolesterol LDL atau kolesterol "jahat" yang tinggi. Kadar kolesterol LDL yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko DM tipe 2. Akan tetapi, hanya 4 persen dari kelompok tersebut yang menggunakan obat untuk mengendalikan kadar kolesterol mereka.

Tak hanya itu, studi juga menunjukkan ada makin banyak orang dewasa muda yang mengalami obesitas. Obesitas juga menjadi salah satu faktor risiko DM tipe 2.

Kecenderungan DM tipe 2 ditemukan pada usia yang lebih muda perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Bila penyakit ini tak terdeteksi dan terkelola dengan baik, penderitanya dapat mengalami beragam komplikasi di usia yang masih produktif.

"Menjadi buta atau menjalani amputasi di usia 21? Sangat menghancurkan hati," jelas dokter spesialis penyakit dalam Lipi Roy MD MPH, seperti dilansir Forbes, Rabu (30/9).

Mengacu pada beragam studi, Roy menyatakan ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengelola dan bahkan memperbaiki kondisi DM tipe 2. Salah satunya adalah pengaturan pola makan atau diet yang lebih sehat. Misalnya, mengganti daging berlemak dengan daging tanpa lemak dan mengganti karbohidrat sederhana menjadi karbohidrat kompleks.

Selain itu, peningkatan aktivitas fisik juga dapat membantu. Tak perlu melakukan aktivitas fisik yang berat seperti maraton. Cukup luangkan waktu sekitar 20 menit selama 4-5 hari per minggu untuk berjalan kaki cepat.

Yang tak kalah penting adalah menggunakan obat-obatan secara tertib. Penyandang DM tipe 2 bisa mendapatkan resep obat yang berbeda, sesuai kondisi masing-masing. Beberapa contoh obat untuk diabetes adalah metformin, glyburide, dan insulin. Penyandang DM tipe 2 juga mungkin mendapatkan aspirin dan statin untuk menurunkan risiko serangan jantung dan strok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement