Senin 28 Sep 2020 15:53 WIB

Studi: Sekolah Semestinya Jadi Tempat Edukasi Covid-19

Sebagai bagian dari pembelajaran virus, sekolah seharusnya ditutup terakhir

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Gita Amanda
Covid-19 anak (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Covid-19 anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Russell Viner, peneliti dari University College London baru-baru ini menulis studi mengenai banyaknya anak-anak yang dites Covid-19. Menurutnya, kekhawatiran Covid-19 memang bisa dimengerti, namun salah alamat jika wabah disangkutkan dengan anak-anak dan sekolah.

Berdasarkan studi yang ditulisnya, hanya 40 persen kemungkinan anak terpapar Covid-19 daripada orang dewasa. Oleh sebab itu, dirinya menyerukan agar sekolah tetap buka sehubungan dengan temuan tersebut, mengingat bahaya yang muncul pada anak-anak akibat penutupan kelas.

“Penutupan sekolah adalah hal yang benar untuk dimulai, tapi memiliki beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan,’’ ujar dia seperti dikutip The Guardian, Senin (28/9).

Dia menambahkan, hal utama dari penelitian itu sebenarnya adalah mendukung agar sekolah tetap dibuka. Pasalnya, sebagai bagian dari pembelajaran terhadap virus, sekolah seharusnya menjadi tempat terakhir untuk tutup.

Viner mengatakan, menjelang musim dingin ini, anak memang kerap kali terkena flu dengan gejala bersin dan lainnya. Namun, gejala itu ia sebut berbeda dengan Covid-19, sehingga tes Covid-19 berlebih pada anak ia nilai keliru.

“Jelas ada keterbatasan kapasitas dalam pengujian saat ini. Karena kekhawatiran kita yang dapat dimengerti tetapi mungkin tidak ilmiah dan salah tempat tentang anak-anak adalah yang terinfeksi di sekolah,” katanya.

Studi yang dipublikasikan di jurnal medis Jama Pediatrics itu, menunjukkan jika anak usia sekolah memiliki tingkat infeksi terendah. Hal itu, berbeda dengan kelompok usia 17-20 tahun yang memiliki tingkat infeksi serupa dengan orang dewasa.

Dalam studi itu, pihaknya melibatkan 41.640 anak dan remaja hingga usia 20 tahun. Menurutnya tujuan dalam meta-analisis itu, bukan melihat kemampuan anak menularkan virus, tetapi, sebagai subjek studi terpisah.

“Kerentanan, memberi kita sedikit informasi tentang penularan. Anda harus bisa terkena virus dulu untuk menularkannya,” ungkap dia dalam makalah itu.

Menurut Viner dan timnya, penelitian yang dimulai pada musim semi lalu itu, menghasilkan saran untuk menghentikan penutupan sekolah. Walaupun, ia tak menampik jika ada gelombang besar Covid-19 di masa depan yang tak terhindarkan, penutupan kembali sekolah masih diperlukan.

“Tindakan mitigasi pandemi yang memengaruhi kesejahteraan anak-anak seharusnya hanya terjadi jika ada bukti yang membantu, bukan karena ada banyak bukti bahwa hal itu membahayakan," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement