Kamis 17 Sep 2020 03:10 WIB

Staycation Nyaman di Masa Pandemi, Artotel Gandeng Halodoc

Staycation menjadi pilihan wisatawan untuk berlibur di masa pandemi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Salah satu kamar hotel Artotel. Untuk melengkapi penerapan protokol kesehatan hotelnya, Artotel menggandeng Halodoc.
Foto: Artotel
Salah satu kamar hotel Artotel. Untuk melengkapi penerapan protokol kesehatan hotelnya, Artotel menggandeng Halodoc.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staycation kian menjadi pilihan wisatawan untuk mencari liburan aman di masa pandemi Covid-19. CEO Artotel Group Eduard Rudolf Pangkerego mengatakan, okupansi Artotel saat musim libur lalu mencapai 50 persen.

Demi mengakomodasi tren staycation, Artotel pun menerapkan kesehatan yang menjamin kesehatan dan kenyamanan tamunya. Artotel menggandeng Halodoc sebagai mitra untuk melengkapi penerapan protokol kesehatan.

Baca Juga

"Sementara Jakarta tahan dulu, kami dukung pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pemerintah, sebab kesehatan sangat penting," ujar Eduard dalam webinar "Staycation yang Nyaman di Masa Pandemi", disimak di Jakarta, Rabu (16/9).

photo
Salah satu kamar Artotel. Selama pandemi Covid-19, staycation menjadi tren wisata baru di masyarakat. - (Artotel)

Artotel menerapkan standar operasional yang direkomendasikan pemerintah, misalnya, menjaga agar kapasitas maksimum hotel 50 persen serta penerapan protokol kesehatan, mulai dari mulai parkiran, lobi, hingga kamar. Lebih lanjut, Artotel terus meningkatkan level standar higienitasnya.

"Nah yang sudah kami lakukan akan ditambah dengan saran-saran dari Halodoc," kata Eduard.

Menurut Eduard, Halodoc membantu untuk memberikan training kepada staf hotel supaya lebih teredukasi. Edukasi juga dilakukan kepada seluruh tamu dan stakeholder lain guna menghindari atau memperkecil kemungkinan terpapar SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

"Jadi kami gandeng yang punya kapabilitas memberi training," ujar Eduard seraya menyebut karyawan Artotel menjalani rapid test berkala.

Artotel tidak termasuk tempat inap untul isolasi mandiri. Akan tetapi, Eduard menjelaskan, boleh saja jika memilih paket 14 hari sebagai "isolasi mandiri".

"Tapi yang kami sediakan bukan paket untuk Orang Tanpa Gejala (OTG)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement