REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi pada pertengahan Maret, manajemen berbagai layanan merasa perlu melindungi pekerja dan pelanggan mereka. Mereka mewajibkan pekerja dan konsumen memakai masker, menjaga jarak, serta menyediakan tempat pencucian tangan dan penyanitasi tangan.
Sebagai upaya perlindungan ekstra, kaca partisi pun dipasang. Plexiglass yang tembus pandang memungkinkan pelanggan dan karyawan melihat satu sama lain dan tak menghalangi komunikasi tanpa ada kekhawatiran terpapar droplet dari bersin atau batuk.
Partisi kaca plexiglass terpasang di mana-mana saat ini. Di Amerika Serikat, toko kelontong, jendela pemesanan restoran, hingga apotek memasangnya setelah direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA).
Berkat Covid-19, bisnis plexiglass kini tengah booming. Penjualan kaca partisi dan Plexiglas bermerek dagang meningkat dua hingga tiga kali lipat di AS, dari 250 juta dolar AS dalam penjualan dari Maret hingga Mei 2019, menurut statistik yang disediakan oleh International Association of Plastics Distribution.
Seberapa besar manfaat pemasangan partisi ini?
Dilansir Web MD, Rabu (16/9), terlepas dari adanya rekomendasi untuk pemasangan dan penggunaan secara luas partisi plexiglass, penelitian tentang seberapa baik partisi kaca itu bekerja untuk memperlambat penyebaran Covid-19 masih kurang.
"Sepengetahuan saya, tidak ada studi yang telah ditinjau sejawat yang menilai kemanjuran penghalang ini," kata Michael Fischman MD, profesor klinis kedokteran di University of California, San Francisco.
Meski begitu, menurut Fischman, secara intuitif, masuk akal bahwa penghalang akan menangkap percikan besar liur dan itu mungkin mengurangi risiko penularan. Dia ikut menulis lembar fakta untuk American College of Occupational and Environmental Medicine tentang penggunaan partisi di tempat kerja.
"Plexiglass menguntungkan karena mudah didapat, mudah dibuat, halus, transparan, dan mudah dibersihkan," tulisnya.
Plexiglass lebih tahan lama dan lebih murah daripada bentuk penghalang lain, seperti kaca tempered atau polikarbonat. Fischman mengatakan, dia melihat partisi sebagai kendali teknik yang masuk akal untuk digunakan sebagai pelengkap dan bukan pengganti masker dan jaga jarak fisik.
"Ini hanyalah lapisan perlindungan lain yang biasanya dipasang saat risikonya meningkat," kata Denise Bender, asisten direktur di Departemen Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan di Washington University, Seattle.
Universitas telah menambahkan penghalang kaca plexiglass ke area lobi, meja resepsionis, dan apotek. Bender setuju bahwa pemasangan partisi itu tidak berarti orang bisa menomorduakan pemakaian masker dan menjaga jarak fisik.
Bender mengingatkan bahwa meski penghalang kaca itu dapat membantu melindungi dari percikan besar yang menyebar melalui batuk atau bersin, virus corona juga dapat menyebar melalui tetesan kecil yang menggantung di udara. Seorang ahli lainnya mengatakan, pelindung plexiglass bekerja dengan cara yang sama seperti masker.
"Masker akan menghalangi percikan besar. Di lain sisi, partisi plexiglass akan kurang efektif melawan transmisi aerosol daripada transmisi droplet," kata William Ristenpart PhD, profesor teknik kimia di University of California.