Jumat 11 Sep 2020 22:20 WIB

Disney Akui Syuting 'Mulan' di Xinjiang tak Bijaksana

Pejabat Disney akui pihaknya kurang bijaksana melakukan syuting di Xinjiang, China.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Pejabat Disney akui pihaknya kurang bijaksana melakukan syuting di Xinjiang, China (Foto: film Mulan)
Foto: Disney
Pejabat Disney akui pihaknya kurang bijaksana melakukan syuting di Xinjiang, China (Foto: film Mulan)

REPUBLIKA.CO.ID, BURBANK -- Kepala pejabat keuangan Disney Christine McCarthy mengakui pihaknya kurang bijaksana melakukan syuting film Mulan di Xinjiang, Cina. McCarthy mengatakan, keputusan itu menimbulkan banyak masalah penyerta.

Pengambilan gambar sebagian besar adegan Mulan berlangsung di Selandia Baru, negara asal sang sutradara, Niki Caro. Akan tetapi, sejumlah porsi dilakukan di 20 lokasi di Cina guna memberikan latar yang lebih orisinal.

Baca Juga

"Ini adalah upaya kami untuk secara akurat menggambarkan beberapa lanskap dan aspek geografis unik dari negara ini untuk bagian periode yang bersejarah," kata McCarthy di konferensi Bank of America.

Akan tetapi, syuting yang berlangsung di wilayah barat laut Cina, tepatnya area Xinjiang, dinilai kurang tepat untuk dilakukan. Area tersebut merupakan tempat di mana sekitar satu juta penduduk beretnis minoritas Muslim Uighur ditahan di kamp.

Laporan terbaru mengatakan mereka mengalami penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi, termasuk sterilisasi dan aborsi paksa. Kelompok minoritas itu dipaksa berasimilasi dengan populasi Han yang merupakan mayoritas.

Pada bagian kredit film, Mulan menyematkan ucapan terima kasih spesial untuk badan pemerintah Cina di Xinjiang. Salah satunya, Biro Keamanan Publik Turpan, yang terlibat kampanye khusus dan dianggap kritikus sebagai genosida budaya.

Film beranggaran 200 juta dolar AS itu tayang perdana pekan lalu di Disney Plus dan rilis di Cina pada Jumat (11/9). Pihak berwenang Cina melarang media besar menulis tentang Mulan untuk menghindari sorotan terhadap Xinjiang.

Politisi Josh Hawley dari Missouri, Amerika Serikat, mengecam keras keputusan Disney untuk membuat film di Xinjiang. Dia melayangkan surat berisi komentar pedas kepada CEO Disney Bob Chapek karena dianggap menutupi genosida.

Menanggapi itu, McCarthy mengatakan bahwa proses produksi film membutuhkan persetujuan pemerintah. Menurut dia, menjadi hal umum mencantumkan ucapan terima kasih untuk pemerintah pusat dan lokal.

Dengan sejumlah perhatian terhadap Mulan, dia mengakui pula hal itu menghasilkan banyak publisitas. Akan tetapi, McCarthy tidak mau berspekulasi lebih lanjut mengenai dampak berbagai kritik terhadap perolehan laba film.

Dia pun enggan berkomentar apakah Disney khawatir bahwa kecaman internasional akan berdampak buruk bagi bisnis mereka. "Saya bukan seorang peramal box office," ucapnya singkat, dikutip dari laman Variety, Jumat (11/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement