REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Nagan Raya menyelenggarakan website seminar (webinar) bertema “Tren Perpustakaan di Era Digital” melalui Video Conference Zoom, Senin (7/9).
Webinar yang dibuka secara resmi oleh kepala bidang pembinaan dan pengembangan perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Nagan Raya, Linda Yunita SKM itu menghadirkan narasumber Nazaruddin Musa, M.LIS (pustakawan berprestasi tingkat nasional) dan Ketua Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry, Nurhayati Ali Hasan M.LIS.
Dalam materinya, Nazaruddin menjelaskan bahwa di era digital kiprah pustakawan memang semakin hangat diperdebatkan di era 4.0 atau sering juga diistilahkan dengan era disrupsi.
Ia menilai, bahwa ada yang pesimis kalau kiprah pustakawan akan redup bahkan lenyap seiring meningkatnya peran teknologi. Namun ada juga yang optimis bahwa kiprah pustakawan akan lebih bersinar dan terus diperhitungkan.
“Terhadap perdebatan ini saya berpendapat bahwa penerapan teknologi di perpustakaan secara otomatis akan meningkatkan performa perpustakaan, tetapi tidak otomatis meningkatkan citra pustakawannnya. Citra pustakawan sangat tergantung kepada sikap pustakawan itu sendiri,” katanya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Selain itu, lanjut Nazar perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat menuntut peningkatan kompetensi pustakawan 4.0. Sebagai pelayan informasi profesional, pustakawan 4.0 perlu proaktif, kreatif dan inovatif dalam menciptakan dan memberikan layanan sesuai kebutuhan pengguna di era 4.0.
Sementara itu, Nurhayati Ali Hasan yang tampil pada sesi kedua dengan materinya tentang Perpustakaan dalam tatanan normal baru menjelaskan bahwa profesi pustakawan merupakan profesi yang memegang peran strategis dalam pembangunan sumber daya manusia serta menjadi agen penyediaan informasi untuk tujuan informasi, pendidikan, penelitian maupun pengetahuan.
Menurut Nurhayati, wabah covid 19 yang melanda sekitar 8 bulan ini semakin menuntut kompetensi teknologi informasi (TI) sebagai suatu keniscayaan bagi pustakawan. Untuk itu pustakawan dan calon pustakawan harus terus meningkatkkan kompetensinya agar profesionalismenya diakui oleh masyarakat di new normal ini.
“Dimasa Pandemi Covid -19, tentunya ada pembatasan-pembatasan yang harus dilakukan, hindari “Three Cs” (closed spaces, Crowded Place and Close-Contact setting). Namun, perpustakaan dan pustakawan pun tetap harus menyediakan “library services “ bagi pemustakanya di tengah situasi Covid-19,” kata Nurhayati Ali Hasan.