Sabtu 05 Sep 2020 02:32 WIB

Peran Orang Tua dan Sekolah Bagi Atlet Esports

Dukungan orang tua dan sekolah bisa membantu atlet esports berprestasi di masa depan.

Dukungan orang tua dan sekolah bisa membantu atlet esports berprestasi di masa depan (Foto: ilustrasi game esports)
Foto: Ist
Dukungan orang tua dan sekolah bisa membantu atlet esports berprestasi di masa depan (Foto: ilustrasi game esports)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog klinis Ghea Amalia Arphandy berpendapat bahwa orang tua dan sekolah memiliki andil dalam proses pembinaan calon atlet esports potensial. Dukungan orang tua dan sekolah dapat membantu atlet esports berprestasi bagi Indonesia di masa mendatang.

Pasalnya, esports saat ini banyak diminati oleh kalangan anak muda, terutama pelajar. Menurut Ghea, bahkan tak sedikit para pelajar di Indonesia yang sudah menjadi atlet esports yang tergabung ke dalam tim profesional serta rutin mengikuti turnamen nasional hingga internasional.

Baca Juga

“Peran keluarga sangat penting membentuk anak. Orang tua harus membaca dan menyelami seperti apa hobi dan permainan anaknya, sehingga memahami bagaimana menerapkan aturan yang kira-kira tepat bagi anak,” tutur Ghea dalam acara bincang media dengan tema “Esports bagi Pelajar: Sinergi Peran Orang Tua dan Dukungan Sekolah”, yang digelar secara virtual, Jumat (4/9).

Aturan yang dimaksud Ghea adalah orang tua mesti pintar menentukan serta memberikan pemahaman kepada anak soal skala prioritas antara bermain gim dan pentingnya belajar. Namun sebelumnya, orang tua juga menurutnya harus bisa membaca dan menyelami apa hobi dan permainan yang digemari oleh anak sehingga bisa menentukan bagaimana aturan yang kira-kira tepat diterapkan kepada anak.

Hal senada juga disampaikan oleh seorang praktisi esports, Yohannes P Siagian. Menurutnya, anak muda yang gemar bermain gim jika dibina dengan baik justru dapat memberikan manfaat positif bagi pelajar.

“Esports sebetulnya adalah alat bantu pengajaran yang sangat powerful, misalnya belajar berkomunikasi, leadership, dan kognitif,” ujar Yohannes yang juga merupakan akademisi dan pernah menjabat Kepala Sekolah SMA 1 PSKD Jakarta itu.

Selama anak terus diawasi serta diberikan pendampingan, lanjut dia, maka ketakutan akan kecanduan ataupun kebablasan bermain gim tak akan terjadi. Tak hanya itu, Yohannes juga mengatakan bahwa masih ada orang tua yang cenderung beranggapan jika bermain gim adalah kegiatan yang negatif.

Hal itu terjadi karena masih minimnya informasi terkait esports dan potensinya. Padahal, jika orang tua paham dengan potensi tentang esports dan minat anaknya dalam bermain gim, menurut Yohannes, mereka akan memberi pemahaman yang baik soal dampak positif dari bermain gim ketimbang berbicara melulu soal dampak negatifnya saja.

"Namun yang terpenting, orang tua dan sekolah harus bisa memberikan dukungan dan pengawasan yang tepat," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement