REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekspor produk kopi olahan dari Indonesia masih didominasi oleh produk kopi olahan berbasis kopi instan, ekstraksi, esens dan konsentrat kopi. Saat ini negara tujuan ekspor utama umumnya berada di kawasan Asia Tenggara, Cina, dan Uni Emirat Arab.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim. Ia sangat mendorong agar ekspor produk kopi olahan bisa terus ditingkatkan.
“Diharapkan dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia sudah bisa menjadi eksportir utama produk kopi olahan dan gaya hidup kopi di Asia dan dunia,” katanya saat menghadiri acara pelepasan kontainer ekspor produk kopi olahan PT UCC Victo Oro Prima di Sentul, Jawa Barat, Selasa (18/8).
Rochim mengatakan saat ini Indonesia menjadi negara produsen biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia. Produksi rata-rata, kata dia, sekitar 773 ribu ton per tahun atau sekitar 8 persen dari produksi kopi dunia. Biji kopi yang diolah di dalam negeri, Rochim melanjutkan, hingga kini baru mencapai sebesar 45 persen dari produksi biji kopi nasional. “Indonesia yang tadinya dikenal sebagai produsen kopi perlahan berubah menjadi negara konsumen kopi,” ujarnya.
Lebih lanjut Rochim mengatakan untuk industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, akan tetapi juga dikenal sebagai pemain global. “Ekspor produk kopi olahan memberikan sumbangan pemasukan devisa pada tahun 2019 mencapai 610,89 juta dolar AS atau meningkat sekitar 5,33 persen dari tahun 2018.”
Sementara itu, Direktur PT UCC Victo Oro Prima, Victor Waskito Purwana, menjelaskan dalam tahap ini pihaknya mengekspor kopi olahan ke Cina dengan volume sebesar 4,82 ton. “Kami berkomitmen untuk menawarkan dan menghasilkan kopi terbaik baik kopi biji, kopi bubuk maupun drip kopi di segmen kualitas tertinggi,” ujarnya.