REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan rumor, mitos, dan teori konspirasi yang beredar daring di tengah pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) mungkin telah menyebabkan banyak kematian terjadi. Di antara rumor yang beredar adalah konsumsi produk tertentu dapat membuat tubuh kebal dari penyakit.
Termasuk di antara rumor yang beredar adalah makan bawang putih, menghindari konsumsi makanan pedas, hingga minum air kencing sapi dapat menjadi obat untuk terhindar dari Covid-19. Dengan perhatian dunia terfokus pada virus baru yang muncul dan pandemi global, sebuah ‘infodemik’ atau ‘informasi yang melimpah’ mungkin telah menyulitkan orang untuk menemukan informasi yang dapat dipercaya.
“Misinformasi yang dipicu oleh rumor, stigma, dan teori konspirasi dapat memiliki implikasi yang berpotensi serius pada individu dan komunitas jika itu diprioritaskan daripada pedoman berbasis bukti,” ujar tim peneliti dalam studi terbaru, dilansir Fox News, Jumat (14/8).
Studi telah mengekstraksi informasi dari berbagai platform daring, termasuk media sosial dan situs jaringan televisi, dari 31 Desember 2019 hingga 5 April lalu. Dari analisis konten, peneliti menemukan 2.311 laporan rumor, stigma, dan teori konspirasi di 25 bahasa dari 87 negara.
Dari 2.276 laporan yang memiliki peringkat teks, 1.856 klaim atau 82 persen terbukti salah. Peneliti meninjau dan mengatur data menjadi tiga kategori, yaitu rumor, stigma, dan teori konspirasi.
Rumor adalah yang paling umum, sebagian besar terkait dengan penyakit, penularan, dan kematian terkait Covid-19. Salah satu mitos populer menyarankan menahan napas selama lebih dari 10 detik untuk mendiagnosis infeksi sendiri. Rumor lainnya mengatakan bahwa mengonsumsi alkohol dengan konsentrasi tinggi dapat mendisinfeksi tubuh dan membunuh virus.
Setelah informasi yang salah ini, sekitar 800 orang meninggal, 5.876 dirawat di rumah sakit. Sementara itu, 60 orang mengalami kebutaan total setelah minum metanol yang dianggap sebagai obat untuk virus corona jenis baru.
Laporan stigmatisasi termasuk orang-orang asal Asia yang disalahkan atas virus tersebut, sementara teori konspirasi mengklasifikasikan Covid-19 sebagai senjata biologis yang direkayasa oleh lembaga internasional.
"Untuk menghilangkan prasangka kesalahan informasi, badan kesehatan harus melacak informasi yang salah terkait dengan Covid-19 dengan cepat dan melibatkan masyarakat lokal dan pejabat pemerintah,” jelas studi tersebut.