Sabtu 15 Aug 2020 00:45 WIB

Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Belum Berubah Sejak Pandemi

Adanya pandemi Covid-19 tak mengubah perilaku hidup bersih masyarakat.

Petugas Satpol PP Kota Cimahi menegur warga yang tidak menggunakan masker di kawasan Taman Alun-alun Kota Cimahi, Jalan Raya Barat, Kota Cimahi, Rabu (12/8). Pemerintah Kota Cimahi menerapkan sanksi denda sebesar Rp150 ribu serta sanksi sosial yakni kewajiban membersihkan area publik bagi warga yang tidak menggunakan masker di tempat umum. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas Satpol PP Kota Cimahi menegur warga yang tidak menggunakan masker di kawasan Taman Alun-alun Kota Cimahi, Jalan Raya Barat, Kota Cimahi, Rabu (12/8). Pemerintah Kota Cimahi menerapkan sanksi denda sebesar Rp150 ribu serta sanksi sosial yakni kewajiban membersihkan area publik bagi warga yang tidak menggunakan masker di tempat umum. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan masyarakat Prof dr Hasbullah Thabrany menilai, perilaku hidup bersih masyarakat Indonesia belum berubah. Padahal, pandemi Covid-19 sudah terjadi lebih dari lima bulan di Indonesia.

"Kita bisa lihat buktinya selama Covid-19 ini sejak akhir Maret 2020 dikeluarkan darurat kesehatan masyarakat, kasusnya naik terus, bukannya turun. Ini faktanya. Kita lihat bahwa sebetulnya perilaku hidup sehat tidak terjadi di masyarakat. Itu yang terjadi," kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Hasbullah menjelaskan, perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat merupakan salah satu dari fundamental kesehatan yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Dengan tidak terjadinya perubahan perilaku hidup sehat di masyarakat, artinya tidak ada fundamental kesehatan di sisi promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

Ia juga menyoroti kinerja promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dengan Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dia menilai Program Germas yang menjadi andalan Kementerian Kesehatan tidak menampakkan hasil seiring terus meningkatnya kasus positif Covid-19 di Indonesia.

"Selama ini, Germas kan cuma slogan saja, faktanya tidak terjadi," katanya.

Hasbullah menyampaikan apresiasinya kepada Presiden Joko Widodo karena memasukan kata-kata reformasi fundamental sektor kesehatan pada pidato kenegaraanya. Namun, ia menunggu bagaimana konsep dari reformasi fundamental kesehatan dan bagaimana pula penerapannya nanti oleh para pejabat publik di Indonesia.

Ia juga mengapresiasi langkah yang diambil pemerintah dengan meningkatkan anggaran kesehatan secara signifikan. Namun, dia mengingatkan bahwa kenaikan anggaran kesehatan seharusnya 30 persen setiap tahun dalam jangka waktu yang panjang.

Presiden Joko Widodo dalam pembacaan Nota Keuangan RAPBN 2021 menyebutkan alokasi anggaran kesehatan sebesar Rp 169,7 triliun atau setara 6,2 persen dari APBN. Jumlah tersebut naik dari anggaran kesehatan tahun 2020 sebesar Rp 132,2 triliun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement