Ahad 09 Aug 2020 04:53 WIB

Resepsi Pernikahan Lantatur Solusi di Tengah Pandemi

Dalam resepsi pernikahan lantatur tamu tidak boleh turun dari kendaraan.

Resepsi Pernikahan Lantatur Solusi di Tengah Pandemi. Pasangan mempelai saat menyapa tamu pada acara resepsi pernikahan secara lantatur atau drive thru di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (8/8/2020). Resepsi pernikahan secara drive thru menjadi alternatif pesta pernikahan guna mencegah penyebaran wabah COVID-19.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Resepsi Pernikahan Lantatur Solusi di Tengah Pandemi. Pasangan mempelai saat menyapa tamu pada acara resepsi pernikahan secara lantatur atau drive thru di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (8/8/2020). Resepsi pernikahan secara drive thru menjadi alternatif pesta pernikahan guna mencegah penyebaran wabah COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Konsep pernikahan lantatur (layanan tanpa turun/drive thru) kini menjadi solusi bagi para pengantin yang hendak menggelar resepsi atau hajatan di tengah pandemi Covid-19. Konsep ini dipilih karena dianggap lebih aman jika dibandingkan prosesi pernikahan era normal baru lainnya.

"Tamu tidak boleh turun dari kendaraan, hanya boleh membuka kaca mobil atau kaca helm bagi motor. Jadi secara kontak fisik, konsep pernikahan ini sangat minim, bahkan tidak ada," kata pemilik Gakha Wedding Services Khais Akbar di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (8/8).

Baca Juga

Khais telah menekuni bisnis meramu konsep pernikahan sejak 2015. Pandemi Covid-19 yang berlangsung setengah tahun telah memaksa orang-orang berdiam di rumah sehingga kondisi itu membuat bisnisnya terpuruk.

Ketika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai dilonggarkan pemerintah dan orang-orang dapat kembali beraktivitas di luar rumah, pesanan pernikahan lantatur datang dengan tamu undangan lebih dari 2.000 orang. Tantangan yang harus dilewati adalah bagaimana menggelar resepsi pernikahan yang dapat dihadiri banyak tamu, namun tetap aman.

"Saya lantas mencari tahu tentang wedding drive thru dari internet, ternyata ada banyak di Malaysia dan Singapura," kata Khais.

Persiapan pertama yang dilakukan adalah survei lokasi yang kelak akan dijadikan sebagai tempat resepsi. Kemudian tahap selanjutnya adalah mematangkan konsep pernikahan.

Total waktu persiapan dari awal sampai akhir bisa mencapai satu bulan karena pemilik hajat belum mengetahui konsep pernikahan lantatur tersebut. "Kami kenalkan tentang konsep itu, lalu mereka sepakat," ujar Khais.

Para tamu undangan yang datang langsung dicatat data dirinya. Kemudian suhu tubuh mereka diperiksa, lalu diberikan cairan penyanitasi tangan. Mereka juga diminta memakai masker meski berada di dalam kendaraan.

Saat kendaraan menuju pelaminan, tamu memberi salam namaste—yang biasa dikenal dalam olahraga yoga–sebagai pengganti berjabat tangan. Mereka tidak diperkenankan turun dari kendaraan, tetapi hanya diperbolehkan membuka kaca jendela mobil dan kaca helm, lalu berfoto bersama kendaraan dan pasangan pengantin.

Biaya pernikahan lantatur yang dijalankan Khais lengkap dengan sewa lapangan terbuka, makanan, musik, tenda, hingga suvenir dapat mencapai Rp 100 juta. Sementara itu, pengguna jasa pernikahan, Karim, mengaku telah membicarakan konsep pernikahan lantatur sejak beberapa bulan lalu.

"Kami memadukan antara pernikahan konvensional dengan drive thru yang ada di perusahaan-perusahaan pelayanan mandiri (self-service)," kata Karim.

Pandemi membuat dia harus memadukan momen bahagia pernikahan dengan kesedihan karena tidak bisa dekat dengan keluarga dan teman. "Kami tidak melupakan itu, makanya resepsi pernikahan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dengan konsep drive thru," katanya.

Meskipun para tamu undangan tidak diperkenankan turun dari kendaraan, namun momen pernikahan tetaplah berkesan. Konsep pernikahan lantatur merupakan solusi menggelar resepsi hajatan meski di tengah pandemi.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement