REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Talas 'Beneng' yang pertama kali dibudidayakan para petani di Kabupaten Pandeglang sejak 2008 lalu, saat ini sudah memasuki pasar ekspor ke Belanda dan Australia. Bahan pangan tradisional ini diekspor dalam bentuk produk bubur.
"Kita menjual produk mentahnya ke Malang, saat ini per pekan sekitar 16 ton. Kemudian, di Malang diolah menjadi bubur dan kemudian di ekspor ke Belanda," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid di Serang, Kamis (6/8).
Talas beneng tersebut merupakan singkatan dari besar dan koneng (kuning) karena memang saat dikembangkan sejak 2008 lalu. Jenis talas yang tumbuh di hutan di sekitar lereng Gunung Karang di Kabupaten Pandeglang ini, bentuk talasnya besar dan kuning.
Agus mengatakan, saat ini kemampuan produk umbi talas beneng yang dikirim ke Malang tersebut untuk kemudian buburnya di ekspor ke Belanda, baru sekitar 16 ton per pekan. Selain itu, produk daun talas itu juga di ekspor ke Australia melalui salah satu perusahaan di Bogor Jawa Barat.
"Kalau bubur dari umbi talas beneng itu untuk kosmetik, makanan dan lainnya. Itu yang ke Belanda, kalau ke Australia itu daun talasnya, katanya untuk (pengganti) tembakau," kata Agus Tauchid.
"Saat ini di Pandeglang sudah dikembangkan sekita 200 hektare. Sekarang ini tidak hanya dikembangkan di Pandeglang, tetapi di Lebak dan juda di Padarincang dan Ciomas Kabupaten Serang," katanya menambahkan.
Pihaknya akan terus berupaya untuk mengembangkan tanaman talas beneng tersebut, sehingga bisa memberikan nilai tambah kepada para petani terutama di wilayah-wilayah yang cocok untuk menanamnya. Pasalnya, secara geografis tanaman tersebut berada di dataran tinggi.
"Sebenarnya menanam talas beneng ini cukup mudah, dibandingkan yang ramai sekarang ini juga yaitu tanaman porang," katanya.