Senin 03 Aug 2020 07:34 WIB

Memulai Usaha dengan Pahami Perilaku Pasar di Saat Pandemi

Perubahan kondisi ini menjadi kesempatan bagi akademisi yang ingin merancang bisnis

Rep: wahyu suryana/ Red: Hiru Muhammad
Layanan online dibuat untuk melayani pasar milenial
Foto: dok Ajaib
Layanan online dibuat untuk melayani pasar milenial

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Merancang bisnis pada era normal baru perlu perhatikan perubahan perilaku pasar. Hal itu dibutuhkan agar bisnis bisa berkembang di tengah situasi yang masih dilanda pandemi ini.

Menurut Co-Founder Berkah Box Indonesia, Rendy Saputra era bisnis saat ini identik dengan penggunaan media digital melalui ponsel. Seperti aplikasi zoom meeting yang sebelumnya tidak diketahui orang kini banyak digunakan untuk pembelajaran maupun bisnis. Ada pula layanan menonton seperti Netflix dan VIU alami kenaikan pengguna. Kegiatan amal turut alami kenaikan selama pandemi karena naiknya kesadaran. "Jadi, pandemi seperti teknologi yang ternyata dapat mengubah perilaku pasar,"katanya. 

Rendy, yang memulai gerakan penyedia nasi uduk untuk masjid-masjid di kota-kota seperti Semarang, Yogyakarta dan Makassar itu melihat, perubahan kondisi ini merupakan kesempatan untuk akademisi. Terutama, untuk merancang bisnis."Permasalahan saat ini seolah pengusaha dan akademisi bermusuhan. Pengusaha mengatakan tidak usah mengajak akademisi karena cuma bicara terlalu banyak teori, sedangkan akademisi mengatakan pengusaha tidak lulus kuliah," kata Rendy.

Ia merasa, kita perlu belajar dari Korea Selatan yang mana akademisi dengan pengusaha saling erat bekerja sama. Samsung, misal, yang sudah menyiapkan tim riset layar LCD setipis koran dan rencananya akan diproduksi 10 tahun lagi.

Rencana itu terus diwujudkan dengan menggandeng lulusan-lulusan Ph.D. Rendy berpendapat, rekan inkubasi bisnis dapat menjadi penengah pengusaha dengan akademisi karena sinergi itu penting untuk perubahan melihat perilaku pasar."Kita harus bedakan pivot dan inovasi. Pivot merupakan aktivitas pengembangan bisnis dengan mengubah model bisnis tanpa mengubah visi bisnis yang dimiliki ," ujar Rendy dalam Ngobrol Bareng Startup Ibisma Universitas Islam Indonesia (UII).

Istilah pivot diambil dari gerakan basket yang merubah arah dengan tetap berpijak pada salah satu kaki. Hal tersebut dapat disamakan dengan meski mengubah arah atau strategi, tujuannya tetap memasukkan bola ke keranjang.

Pivot banyak dilakukan saat dihadapkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan akan terus berputar ketika kebutuhan ini berubah atau perusahaan menemukan peluang baru untuk bisnis, termasuk pada saat pandemi.

Misalkan perusahaan wisata, travel dan umroh harus diubah total karena pivot saja saja tidak cukup tidak mungkin dilakukan. Pivot dalam edukasi, misalnya bimbel, tidak bisa secara luring, sehingga dihadirkan pivot secara daring."Bisa dengan menjual barang-barang yang memiliki kesamaan target pemasaran yakni kepada anak dan orang tua seperti produk suplemen anak," kata Rendy. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement