Ahad 19 Jul 2020 19:41 WIB

Mengintip Cuan dari Lomba Lari Maraton

Lomba lari di Indonesia berkembang dalam sembilan tahun terakhir.

Rep: Vicky Rachman (swa.co.id)/ Red: Vicky Rachman (swa.co.id)
Ki-ka: Krismas Timang, Muara Sianturi, Bertha Gani, Oki Suharsono, dan Rico Ishak mengikuti acara lomba lari
Ki-ka: Krismas Timang, Muara Sianturi, Bertha Gani, Oki Suharsono, dan Rico Ishak mengikuti acara lomba lari

SWA.CO.ID -- Acara lomba lari maraton kian digemari masyarakat. Bertha Gani, pendiri dan Direktur RunID, mengatakan, lomba lari di Indonesia berkembang dalam sembilan tahun terakhir. Pesertanya yaitu pelari profesional, masyarakat umum, dan anggota komunitas.

Peserta harus merogoh kocek pribadi untuk membayar tiket pendaftaran agar bisa mengikuti lomba lari ini. Harganya bervariasi, dari Rp 100-an ribu hingga di atas Rp 1 juta per peserta untuk mengikuti beragam kategori yang diperlombakan, antara lain lomba lari maraton (42 km), half-marathon (21 km), 10K, 5K, dan lomba lari anak-anak 1 km.

Lomba lari ini diadakan di destinasi wisata yang objek wisata dan panorama alamnya sedap dipandang, sehingga menjadi magnet penarik minat masyarakat. Tak mengherankan, event lomba lari ini diikuti ribuan peserta. Sebut saja, Maybank Marathon 2019 di Bali, pesertanya 11.600 orang dari 50 negara, naik 10 kali lipat sejak pertama kali diadakan pada 2012. Kemudian, Mandiri Jogja Marathon 2019, yang diikuti 7.500 peserta dari sembilan negara, dan Electric Jakarta Marathon 2019, diikuti 16.500 peserta, lebih banyak dibandingkan tahun 2018 (12.500 peserta).

Seiring dengan meningkatnya animo masyarakat, perusahaan penyelenggara lomba lari (race management) mengamati tren lomba lari sebagai peluang bisnis. Inspiro, Dunialari.com, Pandara Sports, dan RunID adalah perusahaan race management yang mengatur lomba lari skala nasional dan internasional. Berbagai perusahaan tersebut antara lain menyelenggarakan Electric Jakarta Marathon, Borobudur Marathon, Bandung Marathon, dan Bromo Marathon.

Menurut Bertha, peluang bisnis di lomba lari sangat luas dan memicu efek domino kepada pelaku bisnis lainnya. Andreas Kansil, pendiri dan Dirut PT Pandara Cipta Sportindo (Pandara Sports), mengemukakan pendapat senada. “Potensinya masih sangat besar kalau dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Di Indonesia, jumlah lomba lari dalam setahun sekitar 300 event, masih sedikit daripada jumlah total lomba lari di Malaysia yang mencapai 2 ribu event per tahun,” tutur Andreas. Ia mengestimasi rata-rata biaya penyelenggaraan lomba lari di Indonesia sekitar Rp 1 miliar per acara. “Jika dalam setahun ada 300 event, saya memproyeksikan nilai pasar lomba lari maraton itu sebesar Rp 300 miliar,” katanya.

Andreas menyimpulkan, pertumbuhan bisnis ini sangat cerah karena industrinya masih di fase awal serta jumlah penduduk Indonesia yang lebih banyak dibandingkan Malaysia. Bertha menimpali, semua pihak yang terlibat di bisnis ini ada di fase pembelajaran sehingga peluang bisnis dan inovasi masih akan berkembang di masa mendatang.

Pandara Sports yang didirikan Andreas pada 2014 tak henti-hentinya berinovasi, melakukan digitalisasi aktivasi promosi dan pemasaran, serta menggunakan teknologi terkini agar tidak ketinggalan tren dan terdisrupsi. Layanan paripurna pun disodorkan Pandara untuk memenuhi keinginan klien dan peserta.

Ajang olahraga yang dibalut pariwisata (sport tourism) ini dilirik perusahaan untuk mengucurkan dana buat kegiatan promosi. “Di lomba lari, keuntungan yang didapat oleh klien adalah brand awareness, sementara untuk race management seperti halnya event organizer adalah dari sistem pengelolaan para pihak yang terlibat,” Bertha menjelaskan.

Perusahaan race management yang spesialis di lomba lari mendapatkan penghasilan dari berbagai pos, misalnya biaya pendaftaran peserta lomba yang jumlahnya ribuan orang itu. Penghasilan yang dihimpun perusahaan race management tergantung pada jumlah peserta, varian lomba, atau tingkat kesulitan. Pandara Sports, menurut Andreas, mengelola 16 lomba lari maraton dalam setahun. “Rata-rata jumlah pesertanya 2 ribu-3 ribu orang per event. Omset kami Rp 8,5 miliar-9 miliar per tahun,” ungkapnya.

Perusahaan lainnya pun kecipratan rezeki. “Peserta lomba lari adalah konsumen yang disasar pelaku bisnis, mulai dari properti di area lomba, makanan sehat dan minuman olahraga, produk perbankan, asuransi, otomotif, travel, hotel, pakaian, sepatu olahraga, dan lain sebagainya,” kata Bertha. Kue bisnis race management ini banyak karena pemainnya masih bisa dihitung dengan jari.

Andreas menegaskan, ”Masih sedikit pemainnya yang benar-benar profesional di bisnis race management. Kalau EO (event organizer), jumlahnya banyak, tetapi bisnis mereka tidak fokus dan spesialis untuk event lari.” Race management, tambahnya, menyediakan jasa konsultasi dan pelaksanaan acara dari hulu hingga hilir. Portofolio lomba lari yang dipegang Pandara Sports di antaranya Combi Run, Bengkulu Triathlon, Bukopin Makassar Marathon, dan Borobudur Marathon.

Pandara Sports mengemban kepercayaan dari 10 perusahaan untuk menyelenggarakan lomba lari. Pengetahuan Andreas dkk. mengenai seluk-beluk menyelenggarakan lomba lari ini sudah dikenal luas klien. Sebab, selama 2009-2012 pihaknya sudah menangani beragam lomba lari, antara lain pernah menjadi Race Director BII-Maybank Bali Marathon 2012.

Lain halnya dengan Bertha yang, bersama koleganya --Muara Sianturi, Oki Suharsono, dan Rico Ishak-- adalah penggemar olahraga lari. Mereka berpatungan untuk mendirikan RunID di tahun 2011. Lantas, empat sekawan ini mencetuskan ide membuat lomba lari jalan raya yang bersifat kompetisi. “Bersifat kompetisi artinya ada persaingan, yaitu ada pencatatan waktu untuk semua peserta yang mengikuti lomba,” kata Bertha.

Pada 20 November 2011 diadakan lomba lari pertama yang dikelola RunID. Lomba ini, menurut Bertha, menjadi memorable event karena merupakan cikal bakal kompetisi lomba lari yang dikelola profesional di Indonesia. Dari 20 November 2011 hingga Maret 2020, RunID menyelenggarakan 80 lomba lari maraton, half marathon, 10K, dan 5K.

Para pendiri perusahaan ini adalah pebisnis yang jeli membuka celah bisnis dari tren tersebut. Kunci sukses mereka dalam menyelenggarakan lomba lari adalah keberanian berinvestasi, perencanaan yang matang, pelaksanaan yang rapi, kerjasama tim yang solid, serta koordinasi yang bagus dengan instansi pemerintah dan masyarakat lokal.

Bertha menyampaikan, tantangan yang dihadapi perusahaan race management di tahun ini adalah penyebaran virus Covid-19. “Dampaknya, lomba lari yang akan digelar tahun ini dibatalkan,” ujarnya. Andreas merasakan hal yang sama. Beberapa event yang dipegang Pandara Sports ada yang dibatalkan dan diundur jadwal penyelenggaraannya. (*)

Arie Liliyah & Vicky Rachman

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement