REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan masker hingga menjaga jarak fisik merupakan upaya-upaya pencegahan yang perlu dilakukan untuk menekan kasus Covid-19. Selain langkah pencegahan, pengetesan Covid-19 secara universal juga tak kalah penting untuk dilakukan demi menurunkan kejadian Covid-19.
Hal ini terungkap dalam sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Johns Hopkins University. Studi ini menemukan bahwa pengetesan universal dapat memperlambat penyebaran SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
"Sumber daya pengetesan yang lebih banyak sangat dibutuhkan untuk mengetahui beban sebenarnya dari Covid-19 ini dalam fasilitas layanan jangka panjang," ungkap salah satu peneliti Morgan Katz dari Johns Hopkins University, seperti dilansir Times Now News.
Biasanya, hanya orang-orang dengan gejala yang mendapatkan kesempatan untuk dites Covid-19. Pengetesan universal adalah pengetesan yang dilakukan untuk semua orang, tanpa melihat ada atau tidaknya gejala.
Dalam studi ini, tim peneliti melakukan pengetesan universal terhadap 893 laki-laki dan perempuan di Maryland, Amerika Serikat. Pengetesan universal yang dilakukan terhadap seluruh partisipan berhasil menjaring 354 orang yang positif Covid-19, sedangkan pengetesan yang hanya dilakukan pada partisipan bergejala cuma mampu menjaring 153 orang yang positif.
Dengan kata lain, hampir 40 persen dari total partisipan positif terhadap Covid-19. Akan tetapi, 281 orang atau mayoritas dari orang-orang yang positif Covid-19 merupakan penderita Covid-19 tak bergejala.
Dari hasil ini, terlihat bahwa pengetesan Covid-19 yang hanya menyasar orang-orang bergejala tidaklah cukup. Cara tersebut tak dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai jumlah kasus sebenarnya di tengah masyarakat.
"Hasil ini menyorot pentingnya pengetesan universal," ungkap ketua tim peneliti Benjamin Bigelow.
Tanpa pengetesan universal, penderita Covid-19 tanpa gejala bisa berada di tengah masyarakat tanpa diketahui dan menularkan penyakit. Hal ini dapat menghambat beragam upaya pencegahan yang dilakukan untuk menekan kasus Covid-19.
"Itu juga meningkatkan risiko dari virus ini untuk menyebar secara berbahaya," papar Bigelow.