Kamis 09 Jul 2020 01:18 WIB

5 Mitos Seputar Corona Bisa Memicu Gelombang Kedua

Ada kepercayaan populer bahwa virus corona hanya berbahaya bagi orang tua

Rep: Rahayu Marini Hakim/ Red: Gita Amanda
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika lockdown selama seratus hari berakhir di Inggris, banyak yang memperingatkan tentang gelombang kedua virus corona yang pecah di seluruh negeri. Namun sejauh ini, meskipun satu atau dua wabah kecil terjadi, gelombang kedua yang ditakuti belum terwujud.

Beberapa negara, termasuk Spanyol, Korea Selatan dan Israel, telah melihat lonjakan baru. Inggris sejauh ini telah terhindar, tetapi ada sejumlah mitos berbahaya yang dipercaya bisa membawa bencana.

Baca Juga

Dilansir Daily Star, berbicara pada konferensi pers, Kamis pekan lalu, Wakil Kepala Medis Inggris, Jenny Harries, memperingatkan lonjakan baru dalam kasus-kasus di Inggris. Berikut mitos seputar corona yang dapat memicu gelombang kedua Covid-19.

1. Kaum muda kebal terhadap Covid-19

Ada kepercayaan populer bahwa virus corona hanya berbahaya bagi orang tua. Tetapi bulan lalu, sebuah rumah sakit Sheffield melaporkan kematian korban virus corona termuda di Inggris yakni bayi berusia 13 hari tanpa ada laporan masalah kesehatan yang mendasarinya.

Lebih dari satu anak telah meninggal dengan gejala virus corona. Total 20 pasien di bawah usia 19 diperkirakan meninggal karena virus di rumah sakit Inggris.

2. Bahaya telah berlalu

Dengan kematian yang terus menurun yang dilaporkan setiap hari, akan menjadikan masyarakat terlalu percaya diri. Anthony Costello dari Independent SAGE memperingatkan hampir setiap tempat mulai mengendurkan pengawasan, di mana jarak sosial berkurang.

3. Cuaca hangat akan menurunkan jumlah kasus

Cuaca yang lebih hangat tentu dapat membantu mengurangi tingkat infeksi, karena orang dapat menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah. Di mana lebih mudah untuk menerapkan jarak sosial dan virus dapat rusak oleh komponen UV di bawah sinar matahari. Tapi Independent Scage dari SAGE menyebutkan iklim mungkin bukan faktor, tetapi penyebaran di luar rumah lebih mudah terjadi.

4. Anda hanya dapat terinfeksi dari seseorang dengan gejala

Virus corona paling umum menyebar dari droplet mikro di batuk dan bersin pasien, tetapi ada banyak cara lain yang dapat membuat tersebarnya dari satu orang ke orang lainnya. Virus ini dapat bertahan hidup di banyak permukaan benda selama beberapa hari, dan ada bukti yang menunjukkan bahwa virus ini dapat bertahan lebih lama dalam kondisi dingin maupun kering - yang berarti bahwa seseorang bisa terinfeksi oleh wabah baru di musim gugur.

Ada juga bukti kuat bahwa orang tanpa gejala nyatanya adalah pembawa virus yang paling efisien. Sebuah penelitian yang diterbitkan di The Lancet mengungkapkan bahwa partikel virus dikeluarkan dari subjek yang terinfeksi dalam konsentrasi tertinggi selama lima hari pertama setelah infeksi, ketika mereka bahkan tidak memiliki gejala.

5. Masker wajah tidak efektif

Ada anggapan masker hanya wajib ketika menggunakan transportasi umum, tetapi ada bukti kuat bahwa penggunaan masker secara lebih luas akan mengurangi penyebaran penyakit lebih lanjut. Jepang telah melaporkan lebih dari 20 ribu infeksi dan kurang dari seribu kematian. AS, yang memiliki populasi sekitar dua setengah kali lebih besar, memiliki hampir tiga juta kasus dan 130 ribu kematian.

Apa perbedaannya? Jepang memiliki budaya mengenakan masker merujuk pada epidemi Flu Spanyol 1919, sementara di Amerika telah ada protes vokal terhadap penggunaan masker. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences AS mengatakan bahwa berbicara dengan seseorang pun dapat meluncurkan ribuan tetesan ludah atau droplet pembawa virus.

"Mengenakan masker kain sederhana bisa secara signifikan memblokir tetesan air liur, Ketika berucap agar tidak menyebar ke sekitar," kata penulis surat kabar itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement