REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Salah satu destinasi wisata di Kota Yogyakarta, Taman Sari, rencananya kembali dibuka pekan ini dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar tidak menjadi sumber penyebaran virus corona tipe baru penyebab Covid-19. Taman Sari telah tutup sejak Maret.
“Rencananya, pada Rabu (8/7) mulai dibuka kembali. Kami pun sudah melakukan simulasi secara kasar untuk penerimaan wisatawan,” kata Ketua Kampung Wisata Taman Sari Ibnu Titianto di Yogyakarta, Senin.
Menurut Ibnu, keputusan untuk membuka kembali destinasi tersebut disebabkan banyak warga di kampung tersebut yang menggantungkan hidupnya pada industri jasa pariwisata, sedangkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ia menyebut sudah meminta izin ke Keraton Yogyakarta dan juga menyampaikan rencana pembukaan destinasi wisata tersebut ke Pemerintah Kota Yogyakarta.
“Kami sudah memiliki protokol kesehatan yang menjadi acuan, bahkan kami pun rutin melakukan penyemprotan disinfektan di kampung wisata lima hari sekali,” katanya yang juga menyebut warga sudah menyiapkan tempat cuci tangan di jalan kampung.
Dengan berbekal standar protokol kesehatan dan kominten warga, Ibnu menyebut bahwa hal tersebut menjadi modal dalam membuka kembali destinasi wisata tersebut. Selain itu, menurut dia, pembatasan jumlah pengunjung juga diterapkan sehingga wisatawan tetap bisa melakukan protokol jaga jarak, menerapkan alur masuk, dan keluar pengunjung, pengecekan suhu badan, dan memindai kode QR.
“Untuk QR code ini, kami masih menunggu dari Pemerintah Kota Yogyakarta,” katanya yang menyebut total kunjungan wisatawan di Taman Sari bisa mencapai lebih dari 400 orang pada akhir pekan.
Sementara itu, Kepala Bidang Atraksi Wisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Edi Sugiharto mengatakan, pengelola wisata bisa melakukan self assessment terhadap protokol kesehatan yang sudah dimiliki. Setiap pengelola wisata sudah diminta menyusun protokol kesehatan untuk kemudian disimulasikan dan dievaluasi.
"Karena kami tidak memiliki SDM yang cukup, maka pengelola bisa melakukan self assessment terhadap penerapan protokol,” katanya.
Saat ini, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta bersama Dinas Kesehatan tengah merampungkan protokol kesehatan yang harus diterapkan di tempat wisata. “Nantinya, protokol tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk self assessment,” katanya.