REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak sedikit orang menyadari bahwa dirinya mengalami kecanduan gula. Ternyata, hal ini tidak bisa didiamkan begitu saja. Banyak peneliti pun setuju, kecanduan gula merupakan hal yang sangat nyata dan benar-benar berbahaya.
Melansir Cnet, Senin (6/7), American Psychiatric Association menyebutkan, gula berpotensi menimbulkan kecanduan karena melepaskan opioid dan dopamin di otak. Mengonsumsi gula juga meningkatkan pelepasan serotonin, dan neurotransmitter yang memberi kita perasaan bahagia.
Sederhananya, makan gula dapat menyebabkan perubahan kimiawi di otak kita. Hal itu yang membuat kita merasa baik. Sayangnya, begitu perasaan itu hilang, kita akan menginginkan lebih.
Salah satu alasan utama bahwa gula sangat membuat ketagihan adalah karena kita seolah merasa tidak pernah kenyang. Hal ini disebabkan gula diserap ke dalam darah sebagai glukosa, sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah kita. Namun, asupan gula itu juga menyebabkan pelepasan insulin yang menormalkan kadar glukosa.
Jadi, makan gula bisa menjadi sebuah 'lingkaran setan'. Itu sebabnya kita selalu ingin makan lebih banyak setelah glukosa kita mencapai tingkat yang rendah. Kondisi ini pula yang memberikan dampak kecanduan gula bagi kita.
Kecanduan gula sendiri memiliki dampak yang tak baik. Ketika seseorang berhenti makan makanan kaya gula, mereka terbukti mengalami kelelahan, sakit kepala, lekas marah, gugup dan merasa sedih atau tertekan. Gejala juga mungkin disertai dengan hasrat yang kuat agar dapat kembali mengonsumsi makanan manis.
Tak hanya rasa gula yang manis yang membuat orang ketagihan. Salah satu alasan mengapa kita makan begitu banyak makanan manis adalah karena kenaikan global dalam konsumsi makanan cepat saji yang kaya gula.
Dalam data, pasar makanan cepat saji di Amerika Serikat (AS) bisa memiliki pendapatan lebih dari 539 miliar dolar AS pada 2016 lalu. Angka itu diperkirakan akan terus bertumbuh sampai 690 miliar dolar AS pada 2022 mendatang
Artinya, dari sisi ekonomi, pasar makanan cepat saji sangat bertumbuh secara signifikan. Hal itu pun berarti, akan semakin banyak jumlah porsi makanan cepat saji yang diproduksi dan disajikan kepada masyarakat.
Sebuah analisis ukuran porsi pada 10 makanan cepat saji di AS pada restoran populer cepat saji menunjukkan, makanan pembuka, makanan sampingan dan makanan penutup, meningkat secara signifikan dalam ukuran dan kalori. Peningkatan itu terjadi sejak 1986 hingga 2016 lalu.