Selasa 30 Jun 2020 20:32 WIB

Petani Kopi di Kulon Progo Masuki Masa Panen Raya

Petani kopi di Kulon Progo memasuki masa panen raya.

Petani kopi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/ADENG BUSTOMI
Petani kopi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Petani kopi di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memasuki masa panen raya. Kurang lebih ada lahan kopi seluas 30 hektar dengan jenis robusta dan arabika yang akan memasuki musim panen di wilayah itu.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha di Kulon Progo, Selasa, mengatakan kopi merupakan salah satu produk unggulan Kulon Progo yang perlu dikembangkan. "Kami menyadari produk kopi dari Kulon Progo perlu ada pembenahan pengemasan dan pengolahan supaya dapat diterima pasar secara luas," kata Aris.

Baca Juga

Aris mengatakan saat ini usaha kopi sudah dikelola oleh kaum muda atau milenialsehingga pada masa pandemi ini mampu menggerakkan dan menyerap tenaga kerja dari generasi muda. Mereka menjual produk secara daring. "Kami sedang memberdayakan petani milenial dalam pemasaran secara daring. Kami berharap petani milenial ini mampu mengembangkan pengolahan dan pemasaran," katanya.

Aris mengatakan Dinas Pertanian dan Pangan juga menggandeng kelompok tani milenial untuk mengkolaborasikan produk perkebunan dengan potensi wisata di kawasan Bukit Menoreh. Kopi produksi dari Kulon Progo mampu mendongkrak kunjungan wisatawan. "Wisata di kawasan Bukit Menoreh sedang berkembang pesat. Di setiap objek wisata ada kedai kopi hasil panen masyarakat setempat. Sektor pariwisata harus menjadi pasar kopi, selain penjualan secara daring," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Milenial "Ngunduh Pakaryan" Sutopo mengatakan kelompoknya beranggotakan 22 petani yang mayoritas petani muda. Mereka menggarap lahan pertanian seluas 30 hektare yang tersebar di seluruh Kecamatan Samigaluh.

Saat ini, tanaman kopi jenis arabika memasuki panen pada Mei hingga Juni, setelah itu dilanjutkan panen kopi jenis robusta dari Juli hingga Agustus. Anggota kelompok mengolah hasil panen menjadi kopi wash. "Kelompok tani juga mengelola kedai kopi di jalur-jalur wisata, seperti di Puncak Suroloyo. Minuman kopi yang disuguhkan dari hasil panen petani," katanya.

Sutopo mengatakan sebagian panen kopi dipasarkan lewat kelompok. Harga kopi di pasaran, yakni kopi robusta dalam bentuk wash kualitas A sebesar Rp50 ribu per kilogram, kemudian kualitas B sebesar Rp40 ribu, sedangkan kualitas C Rp20 ribu per kilogram. Selanjutnya, kopi robusta sekitar Rp30 ribu per kilogram.

"Kopi dari kawasan Bukit Menoreh memiliki cita rasa tersendiri, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan produk lain," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement