REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian masyarakat mungkin menganggap penggunaan face shield sudah dapat memberi perlindungan yang cukup dari risiko penularan Covid-19.
Beberapa tayangan televisi hingga siaran Youtube pun menampilkan praktik penggunaan face shield tanpa masker. Efektifkah?
"Ada pertanyaan, pakai face shield harus pakai masker juga nggak. Mesti pakai masker, tetap harus pakai masker," ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD K-GEH FINASIM FACP MMB dalam siaran Instagram Live melalui akun Instagram pribadinya @dokterari.
Prof Ari mengungkapkan bahwa penggunaan pelindung wajah sifatnya hanya untuk memberikan perlindungan tambahan untuk area-area wajah yang tidak tertutupi oleh masker. Salah satunya adalah area mata, yang diketahui juga dapat menjadi "pintu masuk" untuk penularan Covid-19.
Selain itu, penggunaan face shield juga dapat mencegah kebiasaan atau refleks menyentuh mata dan area wajah ketika bekerja. Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), salah satu anjuran untuk mencegah penularan Covid-19 adalah menjauhi kebiasaan menyentuh area wajah dengan tangan yang belum dicuci atau dibersihkan.
Penggunaan face shield dianjurkan, khsusunya bagi masyarakat yang tidak bisa menjaga jarak dengan orang lain ketika bekerja. Beberapa contohnya adalah penata rambut atau pencukur rambut dan petugas kebersihan.
"Buat petugas kebersihan, saya memang menganjurkan," jelas Prof Ari.
Hal senada juga diungkapkan oleh staf medis Departemen Dermatologi dan Venerologi FKUI/RSCM dr Shannaz Nadia Yusharyahya SpKK(K) MHA. Menurut dr Shannaz, penggunaan face shield harus disertai dengan masker.
Alasannya, penggunaan face shield tidak sepenuhnya menutup seluruh area wajah. Penggunaan tameng pelindung wajah masih menyisakan celah terbuka di bagian sisi-sisi wajah.
"Jadi pakai masker. Jangan mentang-mentang pakai face shield, nggak pakai masker. Masker itu penting," ungkap dr Shannaz saat dihubungi Republika.co.id.