REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa bulan menjalani kegiatan di rumah, banyak orang mengalami kenaikan berat badan. Itu terjadi karena orang cenderung tidak memerhatikan pola makan dan kurang aktivitas fisik.
Menjalani pola hidup seperti itu, ada bahaya yang menguntit. Ketika kadar kolesterol naik, tidak ada gejala yang ditunjukannya sebagai tanda bahaya. Risiko terjadinya kejadian yang fatal pun semakin meningkat.
Menurut dr Franciscus Ari SpPD, pemeriksaan berkala komponen lemak darah atau profil lipid menjadi hal yang penting untuk tetap dilakukan di masa pandemi ini. Beberapa komponen lemak darah akan diperiksa di laboratorium ketika melakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah ialah kadar kolesterol total, kolesterol low-density lipoprotein (LDL alias kolesterol “jahat”), kolesterol high density lipoprotein (HDL alias kolesterol “baik”), serta trigliserida.
Franciscus menjelaskan, gangguan metabolisme lemak darah ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, serta penurunan kadar HDL. Pemeriksaan berkala ini menjadi penting karena adanya hubungan antara gangguan metabolisme lemak darah tersebut dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung koroner dan strok.
Gangguan metabolisme lemak darah tak hanya disebabkan oleh faktor gaya hidup. Dokter spesialis denyakit dalam RS Pondok Indah – Bintaro Jaya itu mengungkapkan, adanya penyakit lain yang memicu kenaikan kadar lemak darah, seperti penyakit hormon tiroid, gangguan ginjal, diabetes melitus, atau karena faktor genetik (keturunan) juga berperan.
"Jika Anda memiliki orangtua dan keluarga dengan kadar kolesterol yang tidak normal, sebaiknya ajak juga untuk memeriksakan kadar kolesterol darah secara berkala," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad.