Jumat 12 Jun 2020 00:40 WIB

Hoaks: Olahraga Pakai Masker Picu Hipoksia, Keracunan CO2

Hoaks tentang hipoksia terkait dengan insiden pria China yang alami kolaps paru.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah warga saat bersepeda di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta, Ahad (7/6). Pesepeda mengenakan masker dan pelindung wajah saat berolahraga bersama.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga saat bersepeda di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta, Ahad (7/6). Pesepeda mengenakan masker dan pelindung wajah saat berolahraga bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu tentang risiko hipoksia alias kekurangan pasokan oksigen karena memakai masker saat berolahraga belakangan semakin luas tersebar. Aslinya, informasi itu berasal dari kejadian di Wuhan, China, pada awal Mei 2020.

Insidennya melibatkan seorang pria yang berlari sejauh empat kilometer seraya menggunakan masker. Ia dikabarkan mengalami kolaps paru alias penumotoraks hingga harus menjalani operasi di rumah sakit.

Baca Juga

Padahal, menurut dokter setempat, postur tubuh korban yang tinggi dan kurus membuatnya memiliki faktor risiko terkena pneumotoraks spontan primer. Kondisi itu terjadi ketika udara bocor di luar paru, di ruang antara paru dengan dinding dada.

Ada pula orang yang dikabarkan meninggal karena mengalami keracunan karbondioksida (CO2) akibat memakai masker saat bersepeda. Benarkah penggunaan masker bisa menghambat saat olahraga?

Dr Pande Putu Agus Mahendra menjelaskan, bukan memakai masker yang menyebabkan orang jatuh sakit saat olahraga Sebenarnya, memakai masker saat berolahraga tidak ada masalah.

 

"Itu hoaks, jadi ternyata olahraganya berlebihan, ternyata korban memiliki gangguan pada jantung dan naik sepedanya kebut-kebutan," kata Pande menjawab pertanyaan salah satu awak Republika.co.id saat acara sosialisasi secara daring "The New Normal of Working Lives" yang diselenggarakan Crisis Management Team Mahaka yang disimak di Jakarta, Selasa (9/6) .

Pande menjelaskan, apabila olahraganya dilakukan dengat tepat atau tidak terlalu berat, maka tidak berbahaya. Tidak mungkin pemakaian masker biasa mengakibatkan jantung tiba-tiba berhenti saat olahraga.

"Kita kalau pakai masker nggak mungkin jantung langsung berhenti, kalau sudah nggak kuat ngayuh berhenti saja. Anak-anak Bike to Work pakai masker sampai saat ini tak masalah," tutur Pande yang juga dokter spesialis gizi klinis.

Pande juga mengatakan WHO mulai menganjurkan pemakaian masker tiga lapis bagi masyarakat umum selama masa pandemi Covid-19. Ia menganjurkan agar membawa cadangan dua sampai tiga masker ketika bepergian.

Masker adalah wajib dalam protokol kesehatan. Prinsip penggunaan masker adalah menghindari droplet maupun menularkan droplet.

Masker kain dan atau masker bedah sebenarnya hanya bisa digunakan tiga hingga empat jam. Karenanya, penting untuk selalu membawa cadangan.

"Bukan berarti jika menggunakan face shield maka sudah tidak perlu memakai masker. Penggunaan face shield sebenarnya mendesak jika sedang dalam kerumunan," jelas Pande.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement