REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr dr Theresia Monica Rahardjo SpAn mengatakan, terapi plasma konvalesen merupakan cara terapi yang sudah lama ditemukan dan bermanfaat dalam penanggulangan berbagai penyakit akibat virus. Akan tetapi, terapi tersebut tidak begitu terdengar gaungnya karena tertutup oleh obat dan vaksin.
Menurut Theresia, terapi plasma konvalesen pernah diterapkan untuk mengatasi wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS), Ebola, H1N1, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan kini dipakai untuk pasien Covid-19. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengaplikasian terapi tersebut pada sederet penyakit infeksi itu memberikan hasil yang cukup baik, terutama bagi pasien dengan gejala berat sampai kritis.
Theresia menjelaskan, terapi plasma konvalesen melibatkan pemberian plasma dari pasien yang sudah sembuh kepada pasien yang masih menderita sakit. Harapannya, antibodi (kekebalan) dalam plasma pasien yang sembuh dapat membantu pasien yang masih sakit untuk sembuh.
Penerapan terapi plasma konvalesen yang tepat, menurut Theresia, dapat menurunkan angka mortalitas. Bahkan, terapi itu dapat digunakan sebagai sarana proteksi sampai vaksinasi aktif ada dan dapat digunakan.
"Bila diterapkan secara baik dan benar, terapi plasma konvalesen yang merupakan vaksinasi pasif, dapat berperan sebagai pengobatan dan pencegahan," ujar Theresia yang mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai inisiator penerapan terapi plasma konvalesen di Indonesia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.