Jumat 22 May 2020 18:06 WIB

Anak-anak Juga Bisa Menularkan Covid-19?

Wacana pembukaan sekolah perlu dikaji secara mendalam.

Rep: Farah Noersativa / Red: Natalia Endah Hapsari
Anak-anak belajar bersama (ilustrasi).
Foto: Anadolu/Ashraf Amra
Anak-anak belajar bersama (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Munculnya Covid 19 di beberapa negara membuat mereka melakukan beberapa langkah preventif termasuk menutup sekolah, dan memandu anak untuk belajar di rumah. Namun, seiring dengan berjalanannya waktu, wacana pembukaan sekolah mulai dikaji secara mendalam.

Lalu, apakah anak-anak memang memiliki risiko terhadap Covid-19? Dan apakah risikonya rendah? Dilansir dari laman Hindustan, berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), hanya sedikit kasus Covid-19 yang menjangkiti anak-anak dibandingkan kasus di antara orang dewasa.  

Badan tersebut mengatakan, sekitar dua persen dari kasus Covid-19 di AS yang dikonfirmasi, telah berada di antara orang di bawah usia 18 tahun. Sementara di China, kasus Covid-19 yang berada di bawah 18 tahun ada sebanyak 2,2 persen, Italia 1,2 persen, dan 0,8 persen di Spanyol. 

Akan tetapi, seperti halnya populasi umum, ahli epidemiologi mengatakan angka itu kemungkinan tidak termasuk anak yang positif Covid-19, namun tanpa gejala. Sebab, biasanya orang tanpa gejala jarang dilakukan tes Covid-19. 

Namun demikian, para pejabat juga telah memperingatkan para dokter untuk waspada terhadap kasus-kasus sindrom peradangan langka yang mengancam jiwa yang terkait dengan Covid-19 pada anak-anak. Gejala penyakit itu dilaporkan mirip dengan penyakit Kawasaki.

Meskipun angka kasus Covid-19 di berbagai negara hanya tercatat sebanyak dua persen, namun hal itu bukan berarti anak-anak tak bisa menularkan penyakit itu kepada orang dewasa.     

Sebuah studi baru-baru ini mengamati kumpulan kelompok keluarga internasional yang terjangkit Covid-19. Para peneliti menemukan anak-anak adalah sumber awal infeksi pada kurang dari 10 persen kasus.     

Laporan studi yang diproduksi oleh University of Queensland itu diunggah pada platform pracetak SSRN pada April lalu. Laporan itu telah diserahkan ke jurnal medis The Lancet tetapi belum ditinjau oleh rekan sejawat.     

Namun demikian, beberapa penelitian kecil di negara-negara seperti Iran dan Prancis telah sampai pada kesimpulan yang sama. Beberapa institusi itu antara lain Institut Nasional Belanda untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan. Inilah yang harus diwaspadai ketika pemerintah memutuskan untuk membuka kembali sekolah-sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement