REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara penyakit infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dan strok. Para ahli mengatakan bahwa penting untuk mengetahui lebih lanjut jika seseorang mengalami gejala dari dua penyakit ini secara bersamaan.
“Meski ada peningkatan hubungan antara Covid-19 dan risiko strok, rumah sakit selama pandemi ini menemukan penurunan kasus strok,” ujar Richard Klucznik, ahli bedah stroke dan presiden Society of Neuro Interventional Surgery, seperti dilansir Health 24, Selasa (19/5).
Klucznik mengatakan, sementara ini lebih aman untuk mengatakan bahwa kasus strok tidak berkurang. Namun, ada kemungkinan sebaliknya yang menunjukkan bahwa gejala-gejala penyakit ini diabaikan atau pasien menunda pengobatan karena khawatir tertular virus corona jenis baru saat pergi ke fasilitas medis.
Strok tercatat menjadi salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan jangka panjang di Amerika Serikat (AS) dengan hampir 800 ribu orang menderita penyakit ini setiap tahunnya. Selain itu, terdapat 140 ribu kematian dan banyak yang tetap bertahan, namun dengan kondisi cacat.
Jumlah kematian akibat strok diperkirakan meningkat selama tahun ini, di tengah pandemi Covid-19. Hal ini secara khusus menyoroti pasien strok yang memilih menunda pengobatan karena kekhawatiran wabah dan terlambat untuk mencari perawatan medis.
J Mocco, seorang ahli bedah strok di Rumah Sakit Mount Sinai di New York mengatakan hubungan antara Covid-19 dan strok adalah nyata. Setelah penurunan awal dalam kasus strok yang terlihat, jumlah sebenarnya bisa meningkat dua kali lipat selama pandemi.
"Lebih dari setengah pasien strok bahkan juga positif Covid-19. Terlebih, pasien ini troke tipikal dan di antara yang paling kecil kemungkinannya mengalami strok,” jelas Mocco.
Michael Levitt selaku ahli bedah strok di UW Medicine di Seattle mengatakan, pasien harus tahu bahwa unit strok di rumah sakit mengambil setiap tindakan pencegahan untuk terlindung dari paparan Covid-19. Ia meningatkan agar jika gejala strok terjadi, hubungi nomor panggilan darurat.
"Jangan pernah menunda mencari perawatan medis karena ini akan jauh lebih berbahaya," ujar Levitt.