Sabtu 16 May 2020 13:20 WIB

WHO Sebut Epidemiologi Lokal Jadi Acuan Perangi Covid-19

Epidemiologi lokal menjadi kuci penanganan covid-19.

Seorang warga berjalan usai melaksanakan shalat jumat berjamaah dengan format Penjarakan Sosial (Social Distancing) di Masjid Negara Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (15/5/2020). Setelah lebih kurang dua bulan, masjid mulai dibuka kembali dengan jumlah jamaah maksimal 30 orang guna mengantisipasi penyebaran virus Corona (COVID-19)
Foto: Antara/Rafiuddin Abdul Rahman
Seorang warga berjalan usai melaksanakan shalat jumat berjamaah dengan format Penjarakan Sosial (Social Distancing) di Masjid Negara Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (15/5/2020). Setelah lebih kurang dua bulan, masjid mulai dibuka kembali dengan jumlah jamaah maksimal 30 orang guna mengantisipasi penyebaran virus Corona (COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penilaian terhadap epidemiologi lokal harus menjadi panduan untuk memerangi covid-19. Menurut Direktur Regional WHO Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh, negara-negara di kawasan harus terus mengambil tindakan yang berdasarkan bukti dan melakukan penilaian risiko dengan hati-hati.

Di sisi lain, negara-negara perlu terus berupaya memulihkan kesehatan masyarakat. “Fokusnya harus pada epidemiologi lokal covid-19, untuk mengidentifikasi hot-spot dan klaster, serta kapasitas sistem dan responden untuk menemukan, mengisolasi, merawat dan mengkarantina kasus,” kata Dr. Singh dalam keterangan pers WHO Asia Tenggara, Sabtu (16/5).

Baca Juga

Dia mengatakan Asia Tenggara menjadi yang pertama mendapatkan kasus COVID-19 pada 13 Januari di Thailand. Langkah-langkah awal dan agresif oleh negara-negara anggota telah membantu mereka menjaga jumlah kasus tetap rendah dibandingkan dengan kawasan lain. Banyak hal sudah dilakukan termasuk langkah-langkah pembatasan fisik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Dengan negara-negara sekarang bersiap untuk transisi menuju ‘normal baru’ di mana kehidupan sosial dan ekonomi dapat berfungsi, melanjutkan pendekatan seluruh pemerintah dan seluruh masyarakat akan menjadi langkah penting,” kata Dr. Singh.

Hingga 15 Mei 2020, Asia Tenggara mencatat sekitar 122 ribu kasus dan 4.000 kematian akibat covid-19. Negara-negara di kawasan memiliki skenario penularan yang beragam, dengan kasus yang semakin meningkat.

Dalam setiap skenario penularan, langkah-langkah inti kesehatan masyarakat tetap diberlakukan melalui deteksi cepat, pengujian, isolasi, perawatan dan pelacakan kontak.Menurut Dr. Singh langkah itu perlu ditingkatkan.

Sebagai kawasan yang rawan bencana alam, Asia Tenggara telah memprioritaskan penguatan kapasitas tanggap darurat sebagai program unggulan sejak 2014. Pada September 2019, negara-negara anggota mengadopsi Deklarasi Delhi tentang Kesiapsiagaan Darurat di Kawasan Asia Tenggara.

Deklarasi itu menegaskan kembali komitmen mereka yang berkelanjutan untuk pengurangan risiko bencana melalui pendekatan multirisiko terhadap kesiapsiagaan darurat. Deklarasi tersebut menyerukan "empat i". Pertama, yaitu mengidentifikasi risiko (identify risks). Kedua, berinvestasi pada orang dan sistem untuk manajemen risiko (invest in people and systems for risk management). Ketiga, mengimplementasikan rencana (implement plans). Keempat, menghubungkan sektor dan jaringan (inter-link sectors and networks).

“Pada masa mendatang, semua upaya harus dilakukan untuk mengendalikan dan menekan penyebaran covid-19, memperkuat dan memelihara layanan kesehatan, dan saling mendukung untuk tetap aman, sehat dan sehat,” ucap Singh.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement