REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam di Korea Selatan dan Indonesia menjalani Ramadhan dengan cara berbeda. Selebgram Ayana Moon yang pernah menjalani Ramadhan di Indonesia mengakui perbedaan itu.
"Di Indonesia ramai orang berpuasa, tapi di sini hanya saya dan adik saya (di keluarga Ayana). Di Indonesia ada banyak kajian, buka puasa bersama, dan banyak aktivitas bisa bertemu temen-teman saya," kata dia dalam konferensi pers via daring, Jumat (15/5).
Ayana mengaku tidak mengikuti kegiatan kajian selama di Seoul. Walau begitu, dia masih bisa mengisi Ramadhan dengan berbagai kegiatan di rumah. Di antaranya adalah mengaji dan memasak bersama adiknya, Aydin Moon.
Dia mengatakan, menjalani Ramadhan di Korea cukup sulit. Ayana harus sabar pada warga Korea yang kerap makan dan minum di depannya. "Sedih banget. Di Korea semuanya makan minum di depan saya. Itu agak susah. Di saat yang sama saya harus bicara keras, harus berpuasa, mulut saya kering. Agak susah menghabiskan Ramadhan di sini," tutur dia.
Kemudian, tak seperti di Indonesia karena pandemi Covid-19, masyarakat di Korea Selatan saat ini sudah diperbolehkan bebas ke luar rumah, bahkan untuk sekadar berjalan-jalan. "Ramadhan tahun ini memang susah dari tahun lalu, tetapi di Korea corona virus sudah aman. Kami bisa keluar, jalan-jalan," kata dia.
Kepada semua masyarakat Indonesia yang masih menghadapi pandemi Covid-19, Ayana berpesan untuk tetap semangat dan beraktivitas positif. Islam agama minoritas di Korea, tetapi ketika periode Ramadhan dimulai, masjid-masjid di seluruh negeri biasanya menjadi penuh dengan orang-orang Islam.
Salah satu wilayah yang relatif lebih padat adalah Itaewon, lokasi Seoul Central Mosque berada. Laman the Korea Times mencatat, biasanya selama Ramadhan pihak dari Seoul Central Mosque menyiapkan makanan gratis untuk ratusan Muslim berbuka puasa. Tempat itu juga menjadi lokasi diadakannya sholat Tarawih dan doa bersama setiap malam.
Sementara itu, seperti dilansir dari laman KBS World, Pemerintah Korea Selatan berharap bulan suci Islam Ramadhan menawarkan kesempatan untuk meningkatkan soidaritas internasional dan semangat toleransi untuk mengatasi pandemi Covid-19 dan memulihkan keselamatan publik.
Dalam sebuah pesan yang diunggah di laman media sosial Twitter, Kementerian Luar Negeri mengatakan puasa selama Ramadhan dimaksudkan untuk membawa hati orang lebih dekat bersama dan meningkatkan solidaritas dan toleransi terhadap tetangga yang membutuhkan.
Biasanya, pihak kementerian menyelenggarakan makan malam "berbuka puasa", saat matahari terbenam, untuk duta besar dari negara-negara Islam. Namun, acara tahunan yang digelar sejak tahun 2004 itu tak diadakan tahun ini karena wabah Covid-19.