REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra
Kisah Sultan Abdul Hamid II dalam serial Payitaht: Abdülhamid kerap membuat penulis berdecak kagum. Hal itu lantaran dedikasi sultan Kesultanan Utsmaniyah atau Ottoman Empire ke-43, yang semasa hidupnya diabdikan untuk menegakkan agama dan melindungi umat Islam di berbagai dunia, termasuk juga di Aceh, India, Turkistan, hingga Kosovo, termasuk Palestina yang selalu menjadi incaran Kerajaan Inggris dan baron Edmond Rothschild, yang bercita-cita mendirikan negara Israel.
Sultan Abdul Hamid yang berkuasa pada 31 Agustus 1876–27 April 1909 kerap mencegah konspirasi negara Eropa yang ingin mencaplok wilayah Kekhalifahan Utsmaniyah dan membagi-bagikannya ke beberapa, negara terutama Inggris, Prancis, Rusia, hingga Yunani. Strateginya yang cerdik dan langkahnya selalu berada di depan lawan-lawannya membuat Abdul Hamid Han bisa menangkis segala ancaman yang bertujuan untuk membubarkan kekuasaannya, termasuk musuh internal, yaitu kelompok Turki Muda.
Meski begitu, dalam serial Payitaht: Abdülhamid, tidak melulu bercerita tentang intrik kekuasaan dan peperangan semata. Misalnya, di sesi tiga episode 32 atau 86 secara keseluruhan, ditampilkan Sultan Abdul Hamid yang gembira ketika menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Film Payitaht: Abdülhamid yang sekarang sudah memasuki sesi kelima dengan 108 episode ini, diangkat berdasarkan catatan harian Sultan Abdul Hamid yang mengendalikan pemerintahannya dari Istana Yildiz di Konstantinopel atau sekarang disebut Istanbul. Bahkan, keturunan langsung Abdul Hamid, yaitu Orhan Osmanuglu ikut dilibatkan dalam pembuatan film ini agar sesuai dengan sejarah yang sebenarnya.
Dalam sebuah cuplikan film ditunjukkan, dua remaja berlarian di jalanan memberitahu warga Istanbul bahwa bulan Ramadhan sudah tiba, yang ditandai dengan hilal sudah terlihat. Warga Istanbul pun digambarkan saling berangkulan menunjukkan rasa bahagia bisa merasakan datangnya bulan suci umat Islam tersebut.
"Hilal sudah terlibat! Hilal sudah terlihat! Ramadhan tiba! Hilal sudah terlihat! Hilal sudah terlihat! Ramadhan tiba!" begitu teriakan dua remaja yang sambil loncat-loncat memberi tahu warga lainnya.
Kemudian, Tahsin Pasha yang merupakan orang kepercayaan Sultan Abdul Hamid memberitahu atasannya.
"Hunkarim (Yang Mulia), hilal sudah terlihat, Ramadhan tiba," ucap Tahsin saat memasuki ruangan kerja Sultan di Istana Yildiz.
"Mari bersyukur kepada Rabb kita yang telah memberikan bulan yang penuh rahmat dan pengampunan ini," kata Sultan Abdul Hamid.
"Amin Sultanku," jawab Tahsin.
"Silakan duduk, mari kita berdoa bersama-sama," kata Sultan yang kemudian mengajak Tahsin berdoa bersama menyambut bulan Ramadhan.
"Ya Allah, semoga kami dapat selalu bersyukur selama bulan Ramadhan. Jauhkan lah kami dari siksa-Mu," lkata Sultan Abdul Hamid.
"Amin," ucap Tahsin.
"Berikan kami kekuatan agar dapat beribadah dengan maksimal selama bulan Ramadhan. Lindungi kami," kata Sultan Abdul Hamid.
"Amin," kata Tahsin.
"Berikanlah rezeki kepada seluruh orang-orang yang beriman dan hilangkan lah semua masalah orang-orang yang tertindas. Jadi lah obat bagi mereka yang berputus asa. Berikan kesembuhan kepada semua orang yang sedang sakit," kata Ulu Hakan, panggilan lain Sultan.
"Amin," ujar Tahsin.
"Lindungi rakyat dan negara kami. Berikan lah kami kekuatan untuk melayani rakyat. Berikan lah hidayah kepada orang-orang yang zalim. Berikanlah kekuatan untuk memberantas fitnah," imbuh Sultan.
"Amin," Tahsin merespon cepat.
"Allah-ku, jadikan lah semua orang-orang yang yakin pada Kesultanan Utsmaniyah dan seluruh dunia menjadi unggul. Mereka berusaha mendapatkan pahala-Mu. Mereka menginginkan pahala-Mu. Mereka berbicara untuk mendapatkan pahala-Mu. Jangan jadikan mereka menyimpang dari shiratal mustaqim (jalan yang lurus). Allah-ku," kata Sultan Abdul Hamid.
"Amin Allah-ku," kata Tahsin.
"Allah-ku, karena kami sudah berada di awal Ramadhan, izinkan kami menjalani sampai akhir. Ketika kami mencapai akhir Ramadhan, jadikan kami seperti hamba yang dibersihkan dari segala dosa-dosanya," kata Sultan menegaskan.
"Amin," kata Tahsin.
Sultan Abdul Hamid melanjutkan, "Jadikan kami tetap berada di jalan kebaikan. Allah-ku, kami adalah hamba-Mu yang tidak sempurna. Ampunilah kesalahan dan dosa-dosa kami, Allah-ku."
Tahsin pun bilang, "Amin."
"Amin," kata Sultan Abdul Hamid mengikuti Tahsin.
Doamu sangat lah indah, Sultan-ku, kata Tahsin kepada atasan yang dicintai dan dikaguminya tersebut.