REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pembaruan informasi penyebaran virus Corona terus menjadi obrolan hangat masyarakat. Untuk menekan laju penyebaran virus, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan seperti mengimbau masyarakat berdiam diri di rumah.
Ada pula imbauan untuk menjaga jarak aman tiap orang, melarang kegiatan yang mengundang kerumunan dan menerapkan kerja dan ibadah di rumah masing-masing. Tanpa disadari, kebijakan itu memberikan dampak psikologis bagi seseorang.
Stres, khawatir, ketakutan atau depresi, bisa dialami selama pandemi. Dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII), M Novaliant Filsuf Tasaufi membenarkan, isolasi cukup lama bisa mengakibatkan bertambahnya rasa cemas.
"Ketika menjumpai situasi-situasi yang sangat monoton, kita menjadi mudah jenuh dan ini seperti konsekuensi," kata Novaliant, Selasa (14/4).
Dia menyebut, ketidakpastian sampai kapan pandemi ini akan berakhir membuat setiap orang merasa tertantang. Semua rentang usia dari anak-anak hingga orang dewasa berpotensi mengalami berbagai gangguan kesehatan mental.
Novaliant berpendapat, berdiam diri di rumah atau ruangan yang sempit dapat menimbulkan rasa stres. Jika rasa ini tidak segera ditangani akan berdampak pula kepada kesehatan fisik.
"Untuk itu, sangat penting bagi setiap individu untuk menjaga kesehatan. Tidak hanya menghindari sakit, tapi meningkatkan kesehatan mental," ujar Novaliant.
Dia mengatakan, pilar-pilar utama dalam menjaga kesehatan yakni mengonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, dan jangan abaikan aktivitas fisik. Novaliant menekankan, makanan memang harus bergizi karena bahan bakar tubuh.
Tidur cukup turut menjadi kekuatan penting dan aktivitas fisik menjadi obat agar terhindar dari kejenuhan. Dia menyarankan, agar menghindari kegiatan-kegiatan yang berulang setiap hari untuk mengusir rasa jenuh.
Cara untuk mengubah agar tidak monoton dengan melakukan perencanaan yang baik setiap hari dan memodifikasi kegiatannya. Ketika di rumah, lakukan aktivitas beragam seperti hobi, mengasah keterampilan, olah raga atau silaturahmi.
"Bisa memanfaatkan teknologi silaturahmi dengan kawan-kawan lama yang tidak ada kabar," kata Novaliant.
Selain itu, dia menekankan pentingnya pikiran positif untuk menjaga kesehatan mental. Pikiran positif dapat dimunculkan melalui beberapa cara seperti mengonsumsi informasi atau fakta dari media yang kredibel, bukan hoaks.
Kemudian, bisa mengisi hari meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan rajin beribadah. Membuat jadwal kegiatan harian yang dimodifikasi, mencari dukungan sosial melalui komunikasi dengan teman maupun keluarga yang jauh.
"Lakukan aktivitas yang disenangi seperti hobi dan olah raga, coba hal-hal baru untuk mengasah keterampilan," ujar Novaliant.
Novaliant turut memberi tips untuk kita ketika berhadapan dengan orang yang sedang cemas. Yaitu, usahakan diri kita untuk tidak ikut cemas karena bila ikut cemas dapat membuat orang itu semakin cemas, bahkan bisa depresi.
Lalu, lakukan edukasi tepat soal Covid-19, cara penyebaran dan pencegahan. Bila cemasnya sudah terlalu tinggi dan dirasa tidak sanggup ditangani, dia menyarankan agar menghubungi psikolog atau orang yang profesional.