Senin 13 Apr 2020 11:12 WIB

Peneliti Sarankan Pasien Corona Diberi Melatonin

Peneliti merekomendasikan penggunaan melatonin untuk perawatan pasien corona.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Pasien corona. Peneliti merekomendasikan penggunaan melatonin untuk perawatan pasien corona.
Foto: AP/John Minchillo
Pasien corona. Peneliti merekomendasikan penggunaan melatonin untuk perawatan pasien corona.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penelitian terbaru merekomendasikan penggunaan melatonin untuk perawatan pasien corona. Molekul antiinflamasi dan antioksidatif itu diyakini bermanfaat dalam pelemahan virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Melatonin adalah hormon yang dibuat oleh kelenjar kecil di otak. Hormon ini juga terlibat dalam mengatur ritme sirkadian, yang membantu mengoordinasikan dan menyinkronkan fungsi tubuh internal.

Baca Juga

 

Changwei Liu dari Rumah Sakit Peking Union Medical College di Beijing, Cina, bersama tim meninjau efek melatonin dalam pelemahan berbagai penyakit. Studi telah dipublikasikan secara daring dalam jurnal Life Sciences.

"Ada data signifikan yang menunjukkan bahwa melatonin membatasi penyakit terkait virus dan bermanfaat pada pasien Covid-19. Percobaan tambahan dan studi klinis diperlukan untuk mengonfirmasi spekulasi ini," tulisnya.

Gangguan pernapasan akut yang disebabkan oleh virus corona memicu peradangan, oksidasi, dan respons kekebalan berlebihan. Kondisi demikian mengarah pada reaksi imun yang berpotensi berakibat fatal, bernama badai sitokin.

Perkembangan selanjutnya adalah cedera paru-paru akut (ALI) serta sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang kerap berakhir dengan kematian. Posisi melatonin menjadi pelindung dari ALI atau ARDS yang disebabkan virus ataupun patogen lainnya.

Molekul itu tercatat efektif pada pasien perawatan kritis. Berdasarkan hasil studi, melatonin membantu mengurangi permeabilitas pembuluh darah, kegelisahan, dan penggunaan sedasi, serta meningkatkan kualitas tidur pasien.

"Keamanan melatonin telah diverifikasi dalam banyak penelitian pada manusia. Namun, efeknya ketika diberikan kepada pasien Covid-19 harus dipantau dengan cermat," kata Liu, dikutip dari laman Times Now News.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement