Selasa 31 Mar 2020 16:43 WIB

Konsumen Muda Kian Minati Fashion Berkelanjutan

Fashion berkelanjutan semakin diminati oleh konsumen muda.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
 Jogja Fashion Week (JFW) 2019 bertajuk Sustainable Fashion. Fashion berkelanjutan semakin diminati oleh konsumen muda.
Foto: Republika/ Wihdan
Jogja Fashion Week (JFW) 2019 bertajuk Sustainable Fashion. Fashion berkelanjutan semakin diminati oleh konsumen muda.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ada semakin banyak konsumen muda yang meminati mode berkelanjutan. Menurut survei terkini yang digagas perusahaan riset pasar swasta di Inggris, Mintel, konsumen muda sangat menjunjung tinggi prinsip reuse, reduce, recycle.

Konsumen muda berusia 25-34 tahun tidak keberatan menggunakan kembali produk fashion lama, mengurangi limbah, dan melakukan daur ulang. Setahun belakangan, 52 persen dari partisipan muda yang disurvei membeli pakaian pre-loved alias second-hand.

Baca Juga

Sebanyak 50 persen muda-mudi Inggris juga menjual pakaian yang tidak mereka inginkan. Jumlah yang sama, yakni setengah dari total partisipan 25-34 tahun, memperbaiki atau menjahit kembali pakaian lama yang rusak untuk dikenakan ulang.

Pergeseran perspektif konsumen ini berpotensi membuat busana tidak lagi dihargai seperti generasi sebelumnya. Jenama mode dan pengecer juga sudah harus mulai memikirkan opsi menyediakan produk fashion yang lebih berkelanjutan.

Survei yang sama menunjukkan bahwa 68 persen partisipan berusia 16 sampai 24 tahun sudah mulai berusaha membeli busana dengan memperhatikan etika lingkungan. Persentase pada partisipan segala usia adalah sebesar 57 persen.

Secara keseluruhan, 30 persen konsumen memilih jenama atau retail yang mengaplikasikan mode berkelanjutan. Namun, sebanyak 79 persen konsumen masih kesulitan mengetahui mana jenama dan retail yang menerapkan hal tersebut.

Lebih dari dua per tiga partisipan semua umur setuju bahwa jenama harus memberi tahu pelanggan jika produk tidak dibuat secara berkelanjutan. Enam dari 10 orang (59 persen) bersedia membayar lebih mahal untuk produk yang etis secara lingkungan.

Analis retail di Mintel, Chana Baram, mengatakan bahwa kecenderungan itu bisa menjadi disrupsi untuk industri mode. Konsumen muda kembali pada kebiasaan generasi dari Perang Dunia II yang memperbaiki lagi pakaian yang rusak.

"Banyak anak muda menjadi jauh lebih sadar akan efek negatif yang dapat dimiliki 'mode cepat' terhadap lingkungan. Kami juga mendapati peningkatan jumlah merek dan pengecer yang menawarkan layanan perbaikan, barang bekas atau opsi sewa," kata Baram.

Selebritas yang dianggap berpengaruh terhadap pergeseran tren itu termasuk Emma Watson dan Joaquin Phoenix. Mereka memproklamirkan diri sebagai pencinta lingkungan dan lebih bertanggung jawab dalam mengaplikasikan mode, dikutip dari laman Attire Accessories.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement