REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Joko Widodo telah menegaskan tak akan menjadikan lockdown sebagai jalan keluar untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Sebagai alternatif, Indonesia kini sedang berupaya mengendalikan penyebaran Covid-19 melalui penerapan rapid test respons serologi darah dan penambahan kapasitas ruang isolasi bagi pasien-pasien yang terbukti positif terjangkit penyakit tersebut.
Langkah ini sebelumnya sudah dilakukan oleh Korea Selatan. Dengan menerapkan rapid test real-time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan karantina, Korea Selatan berhasil mengontrol dan bahkan menurunkan tingkat kematian dan jumlah kasus aktif secara signifikan.
Rapid test atau tes cepat merupakan upaya skrining untuk menjaring orang-orang dengan risiko terjangkit Covid-19 sebanyak mungkin. Dengan begitu, mereka yang terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan lebih lanjut nantinya bisa segera mendapatkan penanganan yang sesuai dan risiko penularan bisa ditekan.
"Rapid test (ini) untuk mempercepat dan memperluas pencarian kasus," ungkap Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr Daeng M Faqih SH MH kepada Republika.co.id.
Saat ini, peneliti dari berbagai negara telah mengembangkan kit untuk rapid test masing-masing. Di China misalnya, sekelompok peneliti berpacu dengan waktu untuk membuat kit rapid test ketika wabah Covid-19 menyebar dengan cepat di Wuhan.
Studi dalam Journal of Medical Virology mengungkapkan bahwa kit rapid test yang dikembangkan oleh peneliti ini mampu memberikan hasil hanya dalam waktu 15 menit. Ini waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan pengetesan standar, seperti dialnsir Guardian.
Kit rapid test buatan tim peneliti China ini dikenal sebagai Covid-19 IgG/IgM rapid test kit. Kit ini bekerja dengan cara mendeteksi antibodi yang muncul sekitar tujuh hari setelah terinfeksi Covid-19.
Inilah yang dipakai di Indonesia. Rapid test akan menyasar petugas medis dan orang-orang yang punya kontak dekat dengan pasien positif Covid-19. Mereka yang hasil rapid test-nya positif akan lanjut menjalani PCR, sedangkan yang negatif masih harus mengulang pengujian tujuh hari kemudian untuk menghindari negatif palsu.
"Kalau sudah dua kali negatif baru bisa disimpulkan tidak terinfeksi, namun tetap harus menjalani social distancing," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto.
Sementara itu, di Amerika Serikat, Food and Drug Administration untuk pertama kalinya memberikan izin terhadap kit pengetesan coronavirus. Kit ini dikembangkan oleh sebuah perusahaan asal Kalifornia bernama Cepheid. Kit ini bisa memberikan hasil hanya dalam waktu 45 menit.
Chief Medical and Technology Officer Cepheid David Persing mengatakan penyebaran Covid-19 yang cepat memunculkan ketakutan yang semakin besar bahwa rumah sakit akan kewalahan untuk melayani pasien yang ingin melakukan pengetesan atau mendapatkan perawatan Covid-19. Keberadaan kit rapid test seperti ini dinilai dapat meringankan tekanan pada fasilitas layanan kesehatan.
"Dengan cara menolong dokter untuk mengetahui lebih cepat apakah pasien memiliki penyakit (Covid-19) tersebut dan lebih cepat memilihkan terapi yang tepat," ungkap Persing, seperti dilansir The Washington Post.
Kit ini dirancang agar bisa bekerja dengan baik pada GeneXpert Systems produksi Cepheid. Saat ini, GeneXpert telah tersedia sektiar 23.000 di seluruh dunia di mana 5.000 di antaranya berada di Amerika Serikat.