Ahad 08 Mar 2020 08:11 WIB

Deretan Film Ini Terancam Ditunda Penayangannya

Merebaknya virus corona menjadi ancaman tersendiri bagi bisnis perfilman.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Poster film Fast and Furious 9.
Foto: Universal Pictures
Poster film Fast and Furious 9.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Kekhawatiran atas menyebarnya virus corona jenis baru Covid-19 menjadi bencana tersendiri bagi bisnis perfilman. Merebaknya epidemi sejalan dengan berbagai pembatalan atau penundaan film Hollywood di berbagai negara.

Dampak cukup signifikan adalah ketika China, yang dikenal sebagai wilayah box office terbesar kedua di dunia, mengamanatkan penutupan sekitar 70 ribu bioskop di negaranya. Langkah tersebut sebagai antisipasi penyebaran virus.

Tanda tanya pun masih menghantui produser film karena ketidakpastian pasar-pasar besar di Asia seperti Korea Selatan, Jepang, Filipina, dan Taiwan. Kondisi demikian membuat deretan judul film besar tahun ini terancam tidak tayang tepat waktu.

Pada Selasa (3/3), produser film ke-25 James Bond No Time to Die memutuskan penundaan sinema. Jadwal perilisan pada 2 April 2020 diundur menjadi Oktober akhir tahun ini. Menurut tim produksi, tidak ada gunanya merilis film di tengah pasar film global yang sedang panik.

Situasi serupa mengancam pula penayangan film Black Widow (1 Mei), Fast and Furious 9 (8 April), Wonder Woman 1984 (5 Juni), dan Top Gun: Maverick (24 Juni). Jika wabah tak kunjung mereda, jadwal perilisan deretan film tersebut bisa jadi tergeser pula penayangannya.

Dari penayangan musim panas yang menjanjikan, sejumlah sinema bisa tayang pada musim gugur atau bahkan di musim semi 2021. Laman Vulture mengulas, kalimat "saat China bersin, Hollywood terkena flu" amat cocok dengan kondisi ini.

Pada Januari lalu, pemerintah China membatalkan perilisan sejumlah film lokal terkemuka di liburan Imlek. Hasil penjualan tiket pada Tahun Baru Imlek tahun ini hanya sekitar 4,2 juta dolar AS. Jumlah tersebut sangat jauh dari pendapatan 1,76 miliar dolar AS tahun lalu.

Tidak hanya film lokal, beberapa film global yang urung dirilis di China antara lain Jojo Rabbit, Sonic the Hedgehog, 1917, Little Women, dan Dolittle. Para pengamat bahkan memprediksi kegagalan rilis Disney Mulan pada akhir Maret 2020.

Padahal, Disney secara khusus merancang adaptasi kisah rakyat China dengan anggaran 200 juta dolar AS untuk menarik perhatian penonton di sana. Rumah produksi telah melakukan diskusi internal untuk menunda rilis keseluruhan Mulan yang harusnya berlangsung 27 Maret.

Sebagai pasar film terbesar kedua setelah Amerika Utara, sektor bioskop di China sangat penting bagi berbagai film. Di tengah kondisi genting ini, analis mengatakan virus corona dapat mengakibatkan kerugian menyeluruh sedikitnya lima miliar dolar AS.

Meski begitu, ada pihak yang mendapat manfaat paling besar dari wabah Covid-19. Epidemi berpotensi mengubah cara konsumen memilih untuk mengonsumsi film untuk tahun-tahun mendatang, salah satunya akses lewat layanan streaming.

Chief Executive Artist International Group, David Unger, mengatakan layanan streaming menjadi normal untuk dunia tetapi akan menjadi malapetaka bagi seluruh industri. Dia mengatakan terlalu dini untuk memastikannya, tetapi selalu ada kans menuju ke sana.

"Siapa yang mau pergi ke teater sekarang? Apakah Anda ingin duduk di sebuah ruangan dengan sekelompok orang yang batuk? Ini akan mengubah pola menonton, mengubah perilaku konsumen, mengubah cara orang mengonsumsi hiburan," ujar Unger.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement