REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat perlu mengenali asal-muasal virus corona tipe baru dan hal-hal yang menyebabkan virus ini bisa menular dengan cepat, sehingga pencegahan bisa dilakukan. Di samping itu, masyarakat juga perlu mengetahui bahwa sudah banyak pasien positif virus corona yang dinyatakan sembuh. Artinya, penyakit ini bisa disembuhkan.
"Awalnya, wabah ini diduga berasal dari hewan-hewan liar seperti tikus, ular, dan lainnya, yang kemudian berujung pada larangan mengonsumsi makanan-makanan ekstrem, namun setelah dilakukan riset, ternyata virus corona mirip dengan virus yang dibawa oleh kelelawar raksasa yang berasal dari China, lalu kemudian ditularkan kepada manusia," jelas Wakil Ketua Tim Dokter Infeksi Khusus RS Hasan Sadikin Bandung, dr Anggraini Alam.
Pada awalnya, virus corona tipe baru yang disebut SARS-CoV2 hanya bisa ditularkan dari kelelawar ke manusia. Setelah berada di tubuh manusia, virus itu jadi bisa ditularkan dari manusia ke manusia juga.
“China terkenal dengan transportasinya yang bagus. Ada rapid transportation dari Wuhan, Provinsi Hubei, China dan kereta api sangat baik, ternyata itu sama dengan rapid infection,” kata Anggraini dalam seminar internet atau webinar, Kamis (5/3).
Anggraini mengatakan, virus ini cukup lama masa inkubasinya dibandingkan penyakit lain. Virus corona perlu dua hingga 14 hari sebelum gejala penyakitnya, Covid-19, mulai dirasakan orang yang terinfeksi.
Menurut Anggraini, laju transmisi Covid-19 lebih rendah daripada penyakit campak yang juga dipicu oleh infeksi virus. Satu orang yang terkena campak bisa menularkannya kepada 18 orang, sementara seorang penderita Covid-19 berpotensi menyebarkannya ke empat orang lainnya.
Anggraini menjelaskan, virus corona menyebar udara yang disebut sebagai aerosol yang sangat kecil bisa melayang. Namun ada penekanan ini terjadi ketika densitasnya tinggi di area tertutup. Artinya, harus diwaspadai jika ada orang sakit di ruang tertutup, apalagi yang sakit ada beberapa orang.
Artinya, salah satu pencegahannya adalah hindari ruang tertutup tanpa ventilasi bersama orang yang sedang sakit. Jika harus, maka gunakan masker selama berada di ruangan tertutup itu untuk menghindari penularan.
Sementara itu, Ketua Tim Dokter Infeksi Khusus RS Hasan Sadikin Bandung, dr Yovita Hartanti menyebutkan, pasien yang dicurigai terinfeksi corona biasanya datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan sesak napas.
Dalam kasus yang berat, menurut Yovita, virus corona dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut parah (SARS), atau gagal ginjal. Untuk kasus di China, gejala yang umum dirasakan pasien positif virus corona adalah 83 persen demam, 82 persen batuk, dan 31 persen sesak napas. Di samping itu, ada dua persen kasus yang datang dengan keluhan diare.
Pneumonia akibat infeksi virus corona ditandai dengan progresivitas yang sangat cepat dari pasien datang dengan keluhan sesak yang berat atau datang dengan keluhan ringan dan batuk menjadi berat dalam satu hari. Kondisi itu kemudian berubah menjadi komplikasi yang lain.
“Diagnosis virus corona harus dilakukan saat ini dengan uji laboratorium di Litbangkes dengan real time PCR dilanjutkan dengan sekuensi, spesimennya diambil dari hidung dan tenggorokan, selain itu diambil dari sputum. Kemudian pemeriksaan foto atau CT scan,” ungkap Yovita dalam kesempatan yang sama.
Setelah didiagnosis, baru dokter akan melakukan tindakan yang tepat untuk proses pemulihan penyakit pada pasien. Pengobatan memang belum ada yang pasti. Untuk itu, tata laksana yang diberikan bersifat suportif, bergantung pada keluhan yang dirasakan pasien.
"Bila pasien sesak napas maka akan diberikan oksigen dan ini dilakukan pada 76 persen kasus, pemasangan ventilator hanya pada 13 persen kasus berat," ungkap Yovita.
Selain itu, pasien diberikan obat antiviral yang ada di semua rumah sakit rujukan. Obatnya ialah osetamivir yang biasa diberikan pada kasus flu atau flu burung. Selain itu. tergantung kondisi pasien, banyak juga yang diberikan antibiotik, yakni di 70 persen kasus.
Jika dilakukan perawatan dengan benar, virus corona yang menggerogoti tubuh pasien akan bisa disembuhkan. “Beberapa studi sedang melakukan penelitian untuk obat virus corona ini, antara lain antivirus remdesivir dan chloroquine, tapi ini masih menjadi satu penelitian yang belum diterapkan untuk semua pasien,” kata Yovita.