Kamis 05 Mar 2020 04:23 WIB

Enam Cara Berbelanja yang Ramah Lingkungan

Pola konsumsi yang boros dapat berujung pada sumber daya alam yang terbuang sia-sia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Pola konsumsi yang boros dapat berujung pada sumber daya alam yang terbuang sia-sia (Foto: ilustrasi belanja)
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pola konsumsi yang boros dapat berujung pada sumber daya alam yang terbuang sia-sia (Foto: ilustrasi belanja)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila dirunut ke belakang, sebagian besar permasalahan lingkungan yang ada saat ini sebenarnya berkaitan erat dengan pola konsumsi manusia. Pola konsumsi yang boros dapat berujung pada sumber daya alam yang terbuang sia-sia hingga menumpuknya sampah yang mencemari lingkungan.

"Pola konsumsi kita yang kurang adalah kesadaran bahwa konsumsi kita ini menggunakan sumber daya alam yang terbatas," ungkap Public Campaign Specialist WWF Indonesia Margareth Meutia dalam peresmian gerai terbaru SaladStop! di Pantai Indah Kapuk (PIK) Avenue, Jakarta, belum lama ini.

Margareth mengatakan, setidaknya ada enam cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk menekan pola konsumsi boros ini. Berikut cara untuk menerapkan gaya konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan ramah lingkungan sesuai dengan kampanye #BeliYangBaik dari WWF Indonesia.

BeliYangPerlu

Saat berbelanja, pemborosan bisa dihindari dengan cara membeli barang-barang yang memang diperlukan saja. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat daftar barang-barang yang perlu dibeli sebelum pergi berbelanja. Daftar ini dapat membantu masyarakat untuk terhindari dari dorongan impulsif dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

BeliYangLokal

Saat berbelanja, ada baiknya lebih memprioritaskan produk-produk lokal sebagai pilihan. Membeli produk-produk lokal tak hanya dapat menguntungkan perekonomian setempat, tetapi juga bisa memelihara keanekaragaman hayati Indonesia.

"Local product selalu lebih baik, bukan hanya dapat mencegah deforestasi, tetapi bisa juga menyejahterakan perekonomian setempat," jelas Margareth.

photo
Buah lokal termasuk makanan yang alami.

BeliYangAlami

Saat berbelanja, masyarakat sebaiknya mencermati terlebih dahulu keterangan pada kemasan produk untuk mengenali bahan-bahan apa yang terkandung di dalamnya. Akan lebih baik bila masyarakat lebih mengutamakan konsumsi produk yang diproses secara alami dibandingkan produk-produk yang melalui terlalu banyak proses dan mengandung banyak bahan-bahan kimia buatan.

"Produk yang melalui banyak proses mengunakan banyak sekali resources, entah itu energi, air dan lainnya," tambah Margareth.

BeliYangAwet

Masyarakat juga sebaiknya lebih mengutamakan barang-barang yang tahan lama dan bisa dipakai berulang kali dibandingkan barang-barang serupa yang hanya untuk sekali pakai. Untuk mampu mengenali barang-barang yang tahan lama, masyarakat bisa melakukan riset mandiri, misalnya untuk mengetahui mutu bahan. Tak lupa, masyarakat juga disarankan untuk melakuakn perawatan terhadap barang yang dimiliki dengan baik.

BeliYangEkolabel

Sebagian produk di pasaran memiliki ekolabel. Ekolabel merupakan jaminan atas produksi komoditas yang berkelanjutan. Beberapa contoh ekolabel yang ada saat ini adalah FSC untuk produk berbahan dasar kayu, bambu dan rotan, RSPO untuk produk kelapa sawit, MSC untuk produk perikanan tangkap dan ASC untuk produk perikanan budidaya.

MauDibawaKemana

Hal lain yang dapat dilakukan masyarakat untuk bisa berbelanja secara bertanggung jawab adalah mengurangi produksi sampah. Upaya membawa sendiri tas belanja, sedotan yang dapat dipakai berulang kali hingga tumbler bisa menjadi alternatif untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan daur ulang. Selain itu, masyarakat juga bisa mulai menerapkan upaya memilah sampah sesuai dengan jenis material sampah tersebut.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement