Ahad 01 Mar 2020 21:44 WIB

Influencer Ayana Jihye Moon Bukukan Kisahnya Menjadi Mualaf

Ayana menulis kisahnya sebagai mualaf dalam buku 'Ayana Journey to Islam'.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Mualaf asal Korea Selatan Ayana Moon saat peluncuran buku berjudul Ayana Journey To Islam pada gelaran Islamic Book Fair di Jakarta Convention Center, Jakarta, Ahad (2/3).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Mualaf asal Korea Selatan Ayana Moon saat peluncuran buku berjudul Ayana Journey To Islam pada gelaran Islamic Book Fair di Jakarta Convention Center, Jakarta, Ahad (2/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mualaf asal Korea Selatan Ayana Jihye Moon menceritakan perjalanan hijrahnya dalam buku "Ayana Journey to Islam". Ayana resmi meluncurkan bukunya itu dalam acara Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (1/3).

Lewat bukunya itu, Ayana menceritakan perjalanan hidupnya sebagai seorang mualaf. Ia berkisah tentang awal mula ketertarikannya pada Islam saat masih tinggal di Korea Selatan, hingga kehidupan yang dijalani di Malaysia dan Indonesia saat ini.

Baca Juga

“Kalian mungkin mengenalku sebagai mualaf Korea, selebgram, atau influencer. Apapun sebutannya, aku merasa bukan siapa-siapa,” kata Ayana dalam acara peluncuran buku “Ayana Journey to Islam” di panggung utama IBF, JCC, Jakarta Pusat, Ahad (1/3).

Ayana menceritakan, kakeknya merupakan sosok berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas. Tak hanya sang kakek, pamannya juga sering bepergian ke luar negeri untuk bisnis. Karena pekerjaan, kedua keluarga Ayana sering melalang buana.

Ketika tiba kembali ke Korea Selatan, kakek dan pamannya itu sering bercerita tentang pengalaman yang mereka lihat, dengar, dan mengejutkan. Salah satu hal yang paling berkesan adalah tentang Islam, yang saat itu menjadi topik hangat di Amerika dan Korea Selatan karena adanya perang Irak.

Ayana ingat, saat itu keluarganya itu bercerita tentang perempuan-perempuan Muslim dan bagaimana mereka berpakaian. Cerita itu membuatnya pertama kali punya kesadaran tentang agama.

“Semakin banyak kisah yang ku dengar dari kakek dan pamanku, aku merasa semakin penasaran,” ujar dia.

Kisah-kisah itu menggerakkan sesuatu dalam hati Ayana. Akhirnya, Ayana mulai mencari tahu tentang dunia-dunia yang diceritakan padanya itu.

Pencarian Ayana tentang Islam, kemudian dilanjutkan dengan membaca buku, meninton berita atau dokumenter, dan juga mencari di internet. Sampai duduk di bangku SMP, dia masih terus berusaha mempelajari budaya Islam dengan usahanya sendiri.

Hingga suatu saat, Ayana menemukan buku-buku tentang studi Islam di Korea Selatan yang ditulis akademisi bergelar profesor. Ayana mempelajari buku itu, hingga datang ke acara seminar atau kuliah umum yang menampilkan profesor tersebut sebagai pembicara. Ayana memiliki keyakinan yang semakin besar untuk memperdalam studi tentang Islam.

Saat berusia 16 tahun, Ayana memutuskan masuk Islam dan menjadi mualaf. Ayana ingin serius menjadi seorang yang terpelajar dalam studi Islam. Dengan memeluk Islam, Ayana berharap bisa mewujudkan keinginannya itu dengan sungguh-sungguh.

Bahkan, Ayana pindah ke negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Ayana sadar bahwa ambisinya mempelajari Islam tak akan terpenuhi di Korea Selatan. Kemudian, Malaysia menjadi negara pilihannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement