REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islamic Book Fair (IBF) ke-19 digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu-Ahad, 26 Februari 2020 hingga 1 Maret 2020.
Pameran buku Islam yang diadakan oleh Ikapi DKI itu menyajikan berbagai macam buku.Termasuk di antaranya bacaan inspiratif untuk anak.
“Salah satu hal yang menggembirakan di IBF adalah banyak penerbit yang menawarkan bacaan-bacaan yang kreatif dan inspiratif yang dibutuhkan oleh anak-anak,” kata pakar pendidikan, Zulfikri Anas dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/2).
Ia menambahhkan, IBF senantiasa hadir untuk memenuhi kebutuhan akan bacaan-bacaan seperti itu. “Sehingga, menyadarkan semua pihak bahwa belajar, membaca, menulis dan berkarya adalah proses pematangan diri menuju pribadi yang mulia, insan kamil yang cerdas, krearif, produktif, dan mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi kehidupan,” ujarnya.
Zulfikri mengemukakan, anak-anak di era ini membutuhkan bacaan-bacaan inspiratif yang mampu mengetuk pintu hati mereka. Sehingga, menguatkan kesadaran setiap individu bahwa mereka hadir sebagai penyelamat dalam kehidupan.
“Bacaan-bacaan yang menguatkan rasa keingintahuan yang mendalam dengan cara mendalami secara mandiri sampai mereka menemukan sendiri makna dan kemuliaan penciptaan seluruh aspek alam dan kehidupan sesuai dengan tingkat perkembangan pola pikir, rasa, karsa, dan nurani mereka,” paparnya.
Dalam konteks ini, kata Zulfikri, keseluruhan teori hasil kajian ilmiah dari berbagai disiplin ilmu bukan untuk dihafal. Melainkan, menjadi alat untuk menemukan nakna dari suatu peristiwa, dan arti perbedaan peran masing-masing unsur dalam membangun keseimbangan dan keharmonian alam dan kehidupan
Hal ini akan mendorong tumbuhnya kekuatan dari dalam diri mereka untuk mengembangkan pola pikir, rasa, karsa, dan nurani mereka masing-masing. Sehingga, setiap individu peserta didik mampu melahirkan ide-ide atau karya-karya baru sebagai wujud dari kesadaran bahwa ia hadir sebagai produsen atau subyek yang aktif. “Dengan demikian, kehadirannya bermakna bagi kemaslahatan kehidupan baik di dunia mapun akhirat,” kata penulis buku Sekolah untuk Kehidupan, Kurikulum untuk Kehidupan, Guru untuk Kehidupan, dan Mutiara Hati Sang Guru.
Zulfikri mengemukakan, anak-anak adalah content creator yang aktif dan mampu menempatkan dirinya sesuai dengan peran dan kekuatan unik mereka. “Begitu selesai membaca sesuatu, saat itu juga mereka merasakan banyak keajaiban yang mereka temukan di dalam diri mereka sendiri. “Sehingga, mereka akan merasa sia-sia jika tidak memanfaatkan kekuatan itu untuk kebaikan dirinya, keluarganya, bangsa, dan negaranya,” tuturnya.