REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenis makanan tertentu diklaim dapat membantu menekan risiko strok. Temuan itu terungkap dalam sebuah studi baru yang dilakukan para peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, yang meneliti kaitan antara makanan dan faktor risiko strok.
Tim periset menguraikan bagaimana makanan memengaruhi faktor risiko strok. Ada dua jenis strok yang berbeda, yaitu strok iskemik, di mana penyumbatan mengurangi suplai darah ke otak, serta strok hemoragik, ketika sel rusak akibat pendarahan di otak.
Studi yang telah dipublikasikan di European Heart Journal ini menganalisis data 418 ribu orang dari sembilan negara Eropa. Berdasarkan temuan, asupan makanan dengan serat tinggi dapat mengurangi risiko strok iskemik.
"Konsumsi tinggi serat dari buah dan sayuran menunjukkan risiko strok iskemik yang lebih rendah, yang mendukung pedoman Eropa saat ini,” kata penulis utama studi, Dr Tammy Tong, dikutip dari laman Woman and Home.
Selain buah dan sayur, mengonsumsi susu, keju, atau yoghurt juga dikaitkan dengan risiko strok iskemik yang lebih rendah. Untuk setiap peningkatan asupan serat harian sebanyak 10 gram, risiko terserang strok iskemik menurun sebesar 23 persen.
Meski demikian, tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis makanan dan minuman itu dengan strok hemoragik. Strok hemoragik tercatat lebih berisiko ketika peserta memperbanyak konsumsi telur (25 persen kenaikan risiko untuk penambahan 20 gram asupan telur).
Tong menjelaskan, subtipe strok dianalisis secara terpisah karena asupan makanan yang dibutuhkan pun berlainan. Ada faktor risiko lain, seperti kadar kolesterol serta obesitas, yang memengaruhi subtipe kedua strok secara berbeda.
Walaupun penelitian telah menemukan hubungan antara asupan makanan dan risiko strok, ada kemungkinan strok juga disebabkan faktor sosial ekonomi atau gaya hidup. Penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mendalami hal tersebut.