REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial (medsos) bisa menjadi penunjang karier bagi seseorang. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan peran medsos oleh kandidat atau seseorang yang sedang mencari pekerjaan.
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan hal pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengunggah hal-hal positif yang berhubungan dengan profesionalitas diri dan sikap yang baik.
Dia juga menyarankan untuk tak ikut berkomentar dalam isu-isu sensitif yang marak di dunia maya. "Selain itu, harus selektif juga untuk memilih akun-akun yang di-follow," kata dia kepada Republika.co.id, baru-baru ini.
Dalam mengunggah konten di medsos, Vera mengimbau kandidat mempertimbangkan unggahan tersebut terlebih dahulu. Salah satunya terkait apakah unggahan tersebut benar atau hoaks.
Pertimbangan berikutnya adalah apakah unggahan tersebut berguna bagi pembaca atau tidak serta menyinggung orang lain atau tidak. "Yang terpenting, apakah unggahan tersebut termasuk plagiat atau bukan," ujar Vera.
Menurut dia, saat kini medsos menjadi bagian kehidupan seseorang untuk banyak tujuan. Ada yang menggunakannya untuk hiburan, mengakses informasi terbaru, sosialisasi, hingga sebagai bagian identitas si pengguna.
Sebagai psikolog, dia tak memungkiri, berbagai perusahaan saat ini juga mencari banyak kandidat dan karyawan dengan pertimbangan penilaian berdasarkan medsos para kandidat. Medsos dinilai cukup efektif sebagai salah satu cara menemukan kandidat terbaik untuk perusahaan.
Kecenderungan menuliskan sesuatu di medsos bisa menunjukkan jati diri seseorang. Di sisi lain, kata dia, medsos dapat menjadi jendela untuk melihat kreativitas dan orisinalitas seseorang dalam berkarya.
Meski begitu, medsos tak bisa menjadi satu-satunya pertimbangan penilaian terhadap seseorang untuk direkrut perusahaan. Vera mengatakan, menilai seseorang hanya berdasarkan akun medsos dapat memberikan kemudahan sekaligus kerugian.
Bisa saja apa yang ditampilkan orang tersebut di medsos tidak sesuai aslinya. Sebab, medsos bisa menjadi sarana pencitraan bagi seseorang.
Oleh karena itu, biasanya para perekrut termasuk psikolog melakukan riset menyeluruh dan tidak terpaku pada satu akun yang diberikan calon karyawan saja. "tetap perlu juga prosedur lain yang mendukung penilaian seperti wawancara langsung dan tes tertulis," ujar Vera.