Kamis 20 Feb 2020 14:32 WIB

Berbagai Varian Kicimpring Cidadap Ramaikan Kuliner Bandung

Produk ini sudah memiliki sertifikat halal dan hak paten.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Tata Santa, salah seorang pelaku usaha di Cidadap Kota Bandung yang menjual produk kuliner Kicimpring Cidadap. Sebanyak 12 orang ibu-ibu kurang mampu diberdayakan sebagai pekerja, Kamis (20/2).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Tata Santa, salah seorang pelaku usaha di Cidadap Kota Bandung yang menjual produk kuliner Kicimpring Cidadap. Sebanyak 12 orang ibu-ibu kurang mampu diberdayakan sebagai pekerja, Kamis (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat Kota Bandung terus berinovasi dan berkreativitas dalam mengembangkan produk-produk kuliner baru. Mereka banyak menjual makanan tradisional khas Sunda dengan dimodifikasi lebih modern agar diterima kalangan masyarakat dan milenial saat ini.

Salah satu pelaku usaha yang terjun dibidang kuliner yaitu Tata Santa, warga Cidadap, Kota Bandung. Dia mengolah makanan tradisional khas Sunda, kicimpring yang biasa memiliki rasa asin menjadi makanan yang disukai milenial dengan berbagai rasa.

Tata Santa mengungkapkan, usaha Kicimpring yang dinamai Kicimpring Cidadap mulai digelutinya sejak 2017 dan ikut menyertakan 12 orang pekerja ibu-ibu yang berasal dari kalangan kurang mampu. Selain itu, usaha ini melibatkan komunitas anak-anak di RW 03, Kelurahan Cimbeuleuit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung.

"Pak camat (Cidadap) ingin agar ada produk unggulan di wilayahnya lalu menawarkan ke beberapa komunitas dan akhirnya kami menyanggupinya. Dimulai 2017, 2018 mencari bahan, pelatihan dan ujicoba lalu awal 2019 mulai dijual," ujarnya saat ditemui di Taman Sejarah, Kota Bandung, Kamis (20/2).

Menurutnya, terdapat beberapa varian rasa kicimpring yang dibuat yaitu original, cokelat, buah naga, barbeque dan jagung manis pedas. Ia mengatakan, pengembangan varian rasa seperti cokelat dilakukan bekerja sama dengan mahasiswa luar negeri yang tengah magang di Cidadap.

Tata mengatakan, pihaknya memproduksi dan menjual kicimpring bagian dari memelihara kuliner khas Sunda di Bandung. Selain itu, dilakukan inovasi agar berterima di masyarakat.

Dalam sehari katanya, pihaknya mengolah 30 kilogram singkong kemudian diparut menjadi 12,5 kilogram singkong kering. Sedangkan dalam sebulan, dia mengaku, bisa mengolah 500 kilogram singkong untuk dijadikan kicimpring.

"Ngambil sebulan 500 kilogram singkong dari petani yang berada masih di kelurahan Cidadap," katanya. Dalam sebulan itu, dia bisa memproduksi hingga 300 kemasan berukuran 100 gram Kicimpring Cidadap.

Untuk cara mengolahnya, menurutnya, dilakukan terlebih dulu yaitu dengan mengupas singkong mentah kemudian diparut dan dicampur dengan bumbu. Selanjutnya dikukus dan dijemur hingga kering lalu digoreng.

Tata mengatakan, produknya dijual dengan harga Rp 20 hingga Rp 21 ribu dibeberapa hotel di wilayah Cidadap, tempat perbelanjaan dan penjual kuliner. Termasuk, katanya, menjual secara online. 

Selain sudah mendapatkan sertifikasi halal, pihaknya tengah mendaftarkan hak cipta ke Kemenkumham.

Menurutnya, pihaknya saat ini belum memproduksi kembali kicimpring sebab kondisi cuaca yang memasuki musim hujan. Namun, produknya masih tetap bisa dibeli sebab masih memiliki stok untuk dijual.

"Kita masih manual, menjemur kicimpring memakai sinar matahari. Kalau cuaca panas bisa 1 sampai 2 hari, kalau hujan bisa sampai empat hari dan bisa berjamur," katanya.

Menurutnya, pihaknya masih belum memanfaatkan mesin untuk mengeringkan kicimpring. Sebab, yang menjadi kendala yaitu membutuhkan dana besar untuk membelinya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement