Sabtu 15 Feb 2020 08:21 WIB

Bobba Memang Instagrammable, Tapi Bagaimana Nutrisinya?

Bubble tea, pearl tea, atau teh boba sudah ada sejak beberapa dekade lalu.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Bubble tea, pearl tea, atau teh boba sudah ada sejak beberapa dekade lalu (Foto: ilustrasi minuman bobba)
Foto: Flickr
Bubble tea, pearl tea, atau teh boba sudah ada sejak beberapa dekade lalu (Foto: ilustrasi minuman bobba)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bubble tea, pearl tea, atau teh boba sudah ada sejak beberapa dekade lalu. Popularitasnya melonjak beberapa tahun belakangan karena dianggap Instagrammable. Bahkan, ada emoji khusus untuk minuman ini.

Menurut sejarah, teh boba berasal dari Taiwan sejak 1980-an. Minuman itu kemudian terkenal di Asia dan Amerika Serikat. Jenis teh yang lazimnya digunakan untuk bubble tea adalah teh earl gray black, teh melati, teh hijau, dan teh oolong.

Baca Juga

Sederhananya, bubble tea adalah minuman berbahan teh dan susu kocok dengan tambahan "pearl" atau boba. Kata bubbles sebenarnya bukan dari boba atau mutiara berbahan tapioka itu, tapi karena busa yang muncul saat mengocok campuran teh dan susu.

CEO gerai minuman Tea and Milk di Queens, New York, Mathew Wong, menjelaskan lebih lanjut tentang boba. Bahan dasar boba adalah tepung tapioka dari akar singkong. Tepung tapioka berwarna putih, tetapi boba berwarna hitam karena campuran karamel dan vanila.

Mutiara itu kenyal dengan rasa manis yang ringan, karena dicampur dengan sirup. Boba dalam bubble tea juga bisa diganti dengan popping boba, yang mengandung konsentrat buah yang manis dan pecah saat tergigit.

"Bubble tea paling populer adalah taro milk tea, campuran sempurna rasa manis dan creamy. Bubuk talas atau taro membuat minuman ini berwarna ungu cerah yang sangat Instagrammable," ucap Wong, dikutip dari laman Parade, Sabtu (15/2).

Ahli gizi terdaftar di HelloFresh, Dan Nguyen, mengulas aspek kesehatan dari bubble tea. Meskipun terbuat dari teh, bubble tea biasanya mengandung banyak gula tambahan, sejumlah 30 gram atau lebih. Belum lagi kandungan lemak jenuh dari susu dan krim.

Bubble tea memang bisa dipesan dengan penyesuaian tertentu, seperti penggunaan susu oat atau susu almond atau memakai pemanis alami seperti gula tebu atau gula merah. Tanpa penyesuaian, segelas bubble tea memasok 200 sampai 300 kalori untuk tubuh.

Menurut Nguyen, cara paling sehat untuk memesan bubble tea adalah tanpa tambahan pemanis. Dia menyarankan memilih tingkat kemanisan terendah atau menggunakan buah-buahan beku untuk menambah rasa manis secara alami sekaligus sebagai asupan buah harian.

Cara lain mengurangi kalori dan karbohidrat termasuk meminta susu skim yang rendah lemak, tanpa susu, atau dengan lebih sedikit boba. Membuat bubble tea sendiri di rumah pun akan mengontrol jumlah gula, tetapi tentunya akan lebih nikmat membelinya di gerai.

Itu sebabnya Nguyen lebih menganggap bubble tea sebagai 'hadiah untuk diri sendiri', bukan minuman pemuas dahaga. Dia membandingkannya dengan es krim yang bisa menerbitkan rasa bahagia saat menyantapnya.

"Sama seperti es krim, bubble tea lebih cocok masuk dalam kategori 'hadiah'. Jika ingin memesan bubble tea dalam porsi aslinya tanpa penyesuaian, memperlakukannya sebagai 'hadiah' dengan tidak meminumnya berlebihan adalah pendekatan terbaik," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement