Selasa 04 Feb 2020 21:37 WIB

Cara Mari Elka Pangestu Menghadapi Kritik Pedas

Mari Elka Pangestu punya cara tersendiri menghadapi kritik pedas.

Ekonom Mari Elka Pangestu mengaku punya cara tersendiri dalam menghadapi kritik pedas.
Foto: Antara/Saptono
Ekonom Mari Elka Pangestu mengaku punya cara tersendiri dalam menghadapi kritik pedas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKART -- Ekonom senior Mari Elka Pangestu punya cara tersendiri untuk menghadapi kritikan pedas yang tidak jarang dialamatkan langsung ke pribadinya. Pada Januari lalu, Mari ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia dan resmi menjabat pada 1 Maret mendatang.

“Karena saya pernah jadi peneliti, jika kita melakukan penelitian sudah pasti ada pro dan kontra dan kami sudah terbiasa dalam konteks menyusun kebijakan, paling baik ada pro dan kontranya, saya sudah cukup terbiasa mendengar dua sisi dari aspek kebijakan,” kata mantan Menteri Perdagangan itu saat media visit ke Redaksi Kantor Berita Antara Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Mari yang lahir pada 23 Oktober 1956 itu mengatakan punya pengalaman langsung sebagai pengambil kebijakan. Bahkan, saat pekan kedua menjabat sebagai menteri Perdagangan, ia pernah menginisiasi pertemuan dengan seluruh mantan Menteri Perdagangan/Perindustrian.

“Salah satu tamu saya Pak Hartarto (Sastrosoenarto), senior. Dia datang ke saya, kamu ya yang dulu sering kritik-kritik, sekarang kamu harus menghadapi kritik-kritik, siap ya,” kata Mari.

Hartarto, menurut Mari, dengan suaranya yang berat mencoba mengingatkannya.

Mantan menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu pun mengaku sangat sulit untuk melupakan percakapan tersebut.

“Saya masih ingat itu dan saya menghadapi dan kebetulan saya juga relatif terbiasa dengan media, tapi banyak juga kritik bukan dari media, melainkan dari LSM, dari DPR apalagi,” katanya.

Mari pun menemukan cara khusus untuk menghadapi kritikan itu. Dia menjadikannya sebagai bahan untuk memperbaiki langkahnya.

“Kita harus menghadapinya dengan mendengar, dicatat, kita tidak membantah, tapi mendengar dan berusaha untuk okay ini concern atau hanya ingin berteriak saja. Kalau concern, kita harus masukan dalam perhitungan saat menyusun kebijakan,” kata putri ekonom ternama J Panglaykim itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement