Ahad 02 Feb 2020 06:18 WIB

Kopi Sipirok, Primadona Tapsel Sejak Zaman Kolonial

Kenikmatan kopi Sipirok sudah jadi primadona sejak zaman kolonial

Biji kopi Sipirok dan biji kopi luwak Sipirok yang berada di etalase Sipirok Coffee
Biji kopi Sipirok dan biji kopi luwak Sipirok yang berada di etalase Sipirok Coffee

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa yang tidak kenal dengan kopi-kopi dari Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara. Kenikmatan rasa dan aroma kopi hasil tanah Sumatera Utara bukan hanya terkenal bagi pencinta kopi di Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara. Tapi, mungkin belum banyak yang mengenal kopi Sipirok.

Beberapa waktu lalu, Republikopi berkesempatan datang ke sebuah kedai yang berada di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Di kedai ini, menyajikan seduhan kopi asli dan menjual roasted bean dari tanah Sipirok. Sebelum jauh mengenal bagaimana karakter rasa kopi Sipirok, ada baiknya kita tahu dulu dimana sih letak Sipirok.

Baca Juga

Sipirok berada di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, yang terletak sekitar 8 sampai 9 jam perjalanan dengan menggunakan transportasi darat dari Kota Medan. Awalnya, Sipirok merupakan sebuah kecamatan, namun sejak Kota Padangsidimpuan berubah menjadi Kota Madya, Sipirok kemudian berubah menjadi ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan.

Secara Geografis, Kota Sipirok terletak di lembah Gunung Sibual-buali, yang masuk dalam deretak Bukit Barisan. Kondisi alam ini membuat tanah di wilayah itu subur dan cocok untuk tumbuh kembangnya pohon kopi. Namun mengapa Kopi Sipirok mungkin masih terdengar asing?

"Untuk nama Kopi Sipirok sendiri memang masih banyak yang belum familiar, namun sekarang para penikmat dan pencinta kopi sudah mulai banyak mengenal Kopi Sipirok," ujar Ayub Sulaeman Pulungan, pemilik Sipirok Coffee, saat berbincang dengan Republikopi.

Ayub mengatakan, sebagian besar orang lebih mengenal Kopi Mandhaeling. Ditilik dari sejarah, penanaman kopi di wilayah Sipirok memang tidak lepas dari penanaman kopi di wilayah Mandhaeling. Sekitar tahun 1800, pemerintah kolonial Belanda saat itu membuka perkembunan kopi di wilayah Sipirok. Setidaknya ada enam daerah di Sipirok yang menjadi penghasil utama kopi, yakni Sipirok, Marancar, Angkola Timur, Arse, Saipar Dokok Hole dan Aek Bilah.

"Namun, karena setelah panen hasil kopi dari Sipirok di kirim ke Mandhaeling untuk dikumpulkan sebelum dijual. Setelah itu, kopi-kopi itu kemudian dikirim dari pelabuhan Natal yang ada di Mandhaeling, sehingga sejak dulu yang dikenal dan terdaftar kopi dari Mandhaeling, tanpa dijelaskan sebenarnya aslinya dari Sipirok. Nah karena itu, kopi Sipirok kurang dikenal dan seolah kalah dengan kopi Mandhaeling," jelas Ayub.

Lalu bagaimana dengan rasa kopi Sipirok? Republikopi berkesempatan menyeduh Kopi Sipirok di kedai milik Ayub. Dengan menggunakan metode V60, kopi Sipirok yang diproses pascapanen basah dengan profil roasting medium, digiling dengan ukuran medium. Bubuk kopi kemudian diseduh dengan air bersuhu sekirat 85 derajat, dengan perbandingan 1:15.

Yang paling menonjol dari hasil seduhan adalah aroma kopi yang flowery bercampur lemon segar. Aroma ini terasa menyenangkan begitu terhirup dihirup. Pada seruputan pertama, saat suhu kopi masih hangat rasa lemon bercampur rempah segar sangat terasa di lidah. Begitu, suhu sudah mulai turun, kita bisa merasakan chocolate dan nutty hits dalam setiap teguk kopi yang kita minum. Untuk tingkat keasaman Kopi Sipirok milik kedai Ayub, berada pada level medium, begitu juga body kopi yang berada pada level medium.

"Di wilayah Sipirok juga terkenal dengan kopi Luwak. Biasanya para petani pembuat gula merah menemukan biji kopi luwak di pohon-pohon aren dan ini menjadi tambahan penghasilan untuk mereka," ujarnya.

Kopi Luwak asal Sipirok sudah terkenal ke mancanegara, salah satunya di Korea Selatan. Sementara untuk kopi single origin, selain dijual ke pasar di luar negeri, kopi juga dijual di kota-kota besar di Indonesia, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sejumlah kota lainnya. Ayub menjelaskan, kopi Sipirok juga nikmat diseduh dengan metode tradisional asli Indonesia, yakni tubruk atau dibuat segelas kopi susu 'kekinian' ditambah dengan gula aren khas dari Sipirok.

"Kopi Sipirok dengan rasa khas jika ditambah susu dan gula asli dari sana akan menghasilkan rasa kopi yang gurih dan nikmat," ucap Ayub sambil menyajikan secangkir kopi susu hangat 'kekinian'.

Jika tertarik ingin merasakan aroma dan kenikmatan rasa kopi Sipirok, hasil seduhan sendiri, anda bisa juga membeli biji kopi di kedai milik Pak Ayub. Sebab, di kedai itu juga menjual biji kopi yang telah diroasting, tanpa perlu bingung bertanya ke penjual apakah biji kopi itu asli dari Sipirok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement