Sabtu 25 Jan 2020 05:14 WIB

Studi Temukan Kaitan Stres dengan Kemunculan Uban

Uban sebagai dampak stres mungkin bisa dipertimbangkan pada perawatan rambut.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Studi baru menyatakan faktor stres mempengaruhi munculnya uban di rambut.
Foto: Piqsels
Studi baru menyatakan faktor stres mempengaruhi munculnya uban di rambut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menurut cerita rakyat Prancis, rambut Marie Antoinette (Ratu Prancis terakhir) memutih semalaman, sebelum dia dieksekusi oleh alat pemancung guillotine pada 1793 selama Revolusi Prancis. Sang ratu yang bernasib buruk menjadi contoh ekstrem dari fenomena rambut beruban yang disebabkan stres.

Namun sepertinya cerita rakyat itu tidak terlalu berlebihan. Sebab baru-baru ini, para peneliti dari Universitas Harvard menemukan kaitan antara stres dengan munculnya uban pada rambut.

Baca Juga

Para peneliti menggunakan percobaan tikus untuk melihat bagaimana stres memengaruhi sel-sel induk dalam folikel rambut. Yakni bagian yang bertanggung jawab untuk memproduksi melanosit, sel-sel penghasil pigmen yang memberi warna rambut, apakah itu hitam, cokelat, pirang atau merah. Orang-orang umumnya memiliki sekitar 100.000 folikel rambut di kulit kepala mereka.

Para peneliti awalnya mencurigai bahwa serangan kekebalan yang dipicu stres mungkin menargetkan sel-sel induk melanosit, tetapi hipotesa itu tidak terbukti. Peneliti kemudian menduga bahwa hormon kortisol, yang meningkat kala menghadapi tekanan atau bahaya, mungkin penyebabnya, tetapi hipotesa itu juga meleset.

Akhirnya peneliti menemukan bahwa sistem saraf simpatik tubuh yang mengatur respons "lawan atau lari" ketika menghadapi bahaya atau tekanan, memainkan peran sentral dalam pigmentasi rambut. Sistem saraf ini terdiri dari jaringan saraf yang tersambung ke hampir semua organ tubuh termasuk kulit kepala.

Ketika tikus mengalami rasa sakit atau ditempatkan dalam kondisi laboratorium yang penuh tekanan, saraf simpatik tubuh melepaskan norepinefrin yang kemudian diambil oleh sel-sel induk dalam folikel rambut yang berfungsi sebagai reservoir melanosit.

“Biasanya, ketika rambut beregenerasi, beberapa sel induk ini berubah menjadi sel penghasil pigmen yang mewarnai rambut. Tetapi ketika mereka terpapar norepinefrin dari saraf simpatis, semua sel batang diaktifkan dan diubah menjadi sel penghasil pigmen. Itu berarti tidak ada yang tersisa. Hanya dalam beberapa hari, cadangan sel-sel induk regenerasi pigmen habis,” kata Ya-Chieh Hsu, peneliti utama dari Lembaga Harvard Stem Cell.

Hsu menjelaskan, pada awalnya rambut berwarna putih. Rambut kemudian berwarna hitam, pirang atau cokelat karena proses pigmentasi. Sehingga jika sel pigmen habis maka rambut akan kembali ke warna asli (putih).

Meski demikian, lanjut Hsu, stres bukan satu-satunya alasan munculnya uban. Proses penuaan alami adalah penyebab utama. Mutasi genetik dan dalam beberapa kasus, serangan kekebalan juga dapat menyebabkan uban.

"Uban adalah salah satu dampak stres. Temuan ini mungkin dapat membantu pengembangan perawatan rambut yang berhubungan dengan stres," kata Hsu dilansir Reuters, Jumat (24/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement