REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Komisi Kesehatan Nasional Cina memperingatkan bahwa pengawasan dan pemantauan yang ketat tetap diperlukan terhadap virus korona jenus baru. Terlebih, hingga saat ini metode transmisi dan mutasi virus belum diketahui.
Kepala tim ahli Pemerintah Cina, dr Zhong Nanshan, pada Senin mengumumkan adanya kasus pertama penularan virus korona jenis baru antarmanusia. Perkembangan ini sekaligus memantik kekhawatiran akan semakin mudah dan luasnya penyebaran penyakit pneumonia berat yang disebabkan oleh novel coronavirus (nCov).
Dikuitip dari media pemerintah, seperti dilansir AP, Zhong mengungkapkan, dua orang di Provinsi Guangdong di selatan Cina terinfeksi virus nCov dari anggota keluarganya. Sementara itu, menurut pemberitaan koran China Daily, beberapa petugas medis dilaporkan juga positif mengidap pneumonia berat terkait virus korona yang telah bermutasi itu.
Sejak Desember 2019, penyakit pneumonia misterius yang kemudian diketahui berasal dari virus korona jenis baru itu menyebabkan puluhan orang di Wuhan jatuh sakit. Selain itu, ada lebih dari 60 kasus yang dikonfirmasi dari novel coronavirus (nCov) ini, namun para ahli di Inggris memperkirakan jumlahnya bisa mencapai 1.700 kasus.
Kasus penyakit ini membuat wilayah dan negara lainnya di sekitar Cina melakukan antisipasi. Hong dan Singapura, contohnya, telah menyaring kedatangan penumpang dari Wuhan.
Demikian juga dengan otoritas Amerika Serikat (AS) yang melakukan tindakan serupa di tiga bandara utama negara itu, yakni San Francisco, Los Angeles, dan New York. Kendati wabah virus berpusat di Wuhan, ada dua kasus serupa yang ditemukan di Thailand dan satu kasus lainnya di Jepang.
Sebelumnya, otoritas Cina mengatakan, tidak ada penyebaran virus antarmanusia. Namun, virus melewati penghalang spesies, yang berasal dari hewan yang terinfeksi di sebuah pasar grosir makanan laut di Wuhan.
Beberapa mamalia laut diketahui dapat membawa virus korona, seperti di antaranya adalah paus Beluga. Namun, di pasar itu juga terdapat beberapa jenis hewan liar lainnya yang dijual, yaitu ayam, kelelawar, kelinci, dan ular, yang diyakini cenderung menjadi sumber penyakit ini.
Di Cina, virus rentan menginfeksi manusia karena ukuran dan kepadatan populasi serta kontak dekat dengan hewan yang mengandung virus. Karena itu, menurut Mark Woolhouse, seorang profesor dari University of Edinburgh, Inggris, tidak heran jika wabah dari suatu virus baru akan muncul lagi di Negeri Tirai Bambu atau bagian dari wilayah di sana.
Pneumonia misterius itu dikhawatirkan merebak mengingat kemudahannya menyebar. Virusnya menginfeksi paru, batuk dan bersin menjadi cara yang sangat efektif untuk penyebaran virus.
Komisi Kesehatan Nasional Cina juga mengeluarkan pernyataan akan meningkatkan pemantauan selama musim libur menjelang tahun baru Imlek pada pekan depan. Jutaan orang di negara itu saat ini sedang melakukan perjalanan ke berbagai wilayah untuk berkumpul bersama keluarga untuk juga merayakan acara yang dikenal sebagai Festival Musim Semi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, analisis yang diberikan oleh otoritas Cina mengenai virus korona baru ini sangat bermanfaat. Ini akan membantu mereka untuk merencanakan tindakan untuk mengendalikan wabah tersebut.
"Masih banyak yang harus dipahami tentang virus korona baru, belum cukup pengetahuan untuk menarik kesimpulan pasti tentang bagaimana itu ditularkan, fitur klinis penyakit, sejauh mana ia telah menyebar, atau sumbernya,” demikian pernyataan WHO, seperti dikutiolp BBC.
Berdasarkan sampel virus yang diambil dari pasien dan dianalisis di laboratorium, pejabat Cina dan WHO menyimpulkan bahwa infeksi paru yang muncul pertama kali di Wuhan berasal dari virus korona. Virus korona merupakan keluarga besar virus, tetapi hanya enam yang selama ini diketahui menginfeksi manusia.
Sebelumnya, SARS atau sindrom pernapasan akut parah yang disebabkan oleh virus korona jenis lainnya menewaskan 774 dari 8.098 orang yang terinfeksi wabah yang pertama kali menyebar di Cina pada 2002. Virus korona dapat menyebabkan makhluk hidup yang terinfeksi mengalami gejala, mulai dari flu ringan hingga kematian.
Dalam serangan virus baru kali ini, dikatakan bahwa posisinya berada di tengah, dengan dugaan bahwa menimbulkan lebih dari flu, namun tidak separah SARS. Dilansir BBC, analisis kode genetik virus baru ini menunjukkan keterkaitan erat dengan SARS, dibandingkan jenis voris korona lainnya pada manusia. Virus ini telah menyebabkan pneumonia berat pada sejumlah pasien dan dilaporkan berakibat fatal kepada tiga di antaranya.