Selasa 21 Jan 2020 05:11 WIB

Bad Boys for Life Padukan Laga dan Konflik 'Telenovela'

Menyimak 'Bad Boys for Life' artinya menikmati adegan laga beruntun.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Aksi dua polisi kocak Mike Lowrey (Will Smith) dan Marcus Burnett (Martin Lawrence) kembali lewat film
Foto: dok. sony pictures
Aksi dua polisi kocak Mike Lowrey (Will Smith) dan Marcus Burnett (Martin Lawrence) kembali lewat film

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyimak 'Bad Boys for Life' artinya menikmati adegan laga beruntun dan aksi berkendara penuh gaya. Dengan mobil Porsche berkecepatan tinggi, detektif polisi Mike Lowrey (Will Smith) dan Marcus Burnett (Martin Lawrence) membelah jalanan Miami.

Tim sineas pun berusaha keras menghadirkan aspek visual impresif untuk penonton. Salah satunya, ketika tokoh Mike menembaki lawan bertubi-tubi sambil meluncur di atas papan skate, sementara bom warna-warni meledak di sekelilingnya.

Baca Juga

Jeda antara fragmen adegan banyak menyuguhkan pemandangan laut dan daratan dengan teknik pengambilan gambar time lapse. Lampu kendaraan dan penerangan jalanan berlintasan cepat dalam perekaman objek yang dimainkan dalam tempo amat tinggi.

Terlepas dari itu, sutradara Adil El Arbi dan Bilall Fallah mengombinasikan aksi laga dengan perpaduan tidak biasa. Konflik utama yang pada akhirnya terungkap dalam film justru amat pelik serupa telenovela.

Dua sahabat sekaligus kolega kerja Mike dan Marcus sekali lagi bekerja sama memecahkan kasus genting. Melanjutkan aksi mereka di film pertama dan kedua, friksi di sinema ketiga berkaitan langsung dengan keselamatan nyawa Mike.

Pada awalnya, sejumlah insiden dalam cerita cukup logis dan menciptakan ketegangan sewajarnya. Lama-kelamaan, tumpukan konflik tersebut justru terkesan dipaksakan dan penuh dramatisasi, layaknya menyimak episode demi episode telenovela.

Sejumlah karakter yang dikisahkan berasal dari Meksiko, termasuk Isabel Aretas (Kate del Castillo) dan Armando Armas (Jacob Scipio), menambah kesan 'telenovela' tersebut. Penyelesaian konflik di akhir kisah kurang mengena untuk sebuah sinema laga.

Untungnya, sinema tertolong elemen komedi yang sangat kuat. Dialog sejumlah tokoh malah seperti 'meledek' sendiri bagian-bagian yang dramatis dalam film. Penonton seolah tidak keberatan asal bisa kembali mengikuti aksi karakter ikonik Mike dan Marcus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement