Senin 20 Jan 2020 07:27 WIB

Riset: Vape Tingkatkan Risiko Stroke

Riset terbaru menunjukkan vape bisa meningkatkan risiko stroke.

Rep: Febryan A/ Red: Nora Azizah
Riset terbaru yang dipublikasikan di American Journal of Preventive Medicine menemukan bahwa rokok elektrik atau vape tak lebih aman dari rokok tembakau dalam hal risiko stroke (Foto: Rokok Elektrik)
Foto: Republika/ Wihdan
Riset terbaru yang dipublikasikan di American Journal of Preventive Medicine menemukan bahwa rokok elektrik atau vape tak lebih aman dari rokok tembakau dalam hal risiko stroke (Foto: Rokok Elektrik)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset terbaru yang dipublikasikan di American Journal of Preventive Medicine menemukan bahwa rokok elektrik atau vape tak lebih aman dari rokok tembakau dalam hal risiko stroke. Terlebih saat ini perokok mengonsumsi rokok tembakau dan vape sekaligus.

Dilansir dari Health24, Senin (20/1), penelitan itu menyebut bahwa remaja yang menggunakan vape dan rokok tembakau sekaligus memiliki risiko stroke dua kali lipat lebih besar dibandingkan yang hanya mengisap rokok tembakau. Sedangkan jika dibandingkan dengan bukan perokok, risikonya meningkat jadi tiga kali lipat.

Baca Juga

"Meskipun kita sudah tahu bahwa rokok tembakau adalah salah satu faktor risiko paling penting untuk stroke, tapi mereka yang juga menghisap vape sekaligus berpotensi memiliki efek aditif yang dapat menyebabkan stroke pada usia yang lebih muda," kata penulis utama riset tersebut, Dr Tarang Parekh, seorang peneliti di Universitas George Mason di Fairfax, Virginia, Amerika Serikat.

Menurut Parekh, sebagai alternatif berhenti merokok tembakau, vape tidaklah lebih aman. Risiko stroke tetap saja sama.

Riset ini ditanggapi oleh Dr Larry Goldstein, ketua neurologi di University of Kentucky di Lexington. Menurut Goldstein, studi tersebut adalah salah satu yang pertama mengukur potensi risiko stroke terkait penggunaan vape.

Goldstein pun meragukan sejauh mana vape secara tunggal bisa menyebabkan stroke. Terlebih vape baru digunakan akhir-akhir ini. Dampak pada risiko stroke mungkin memerlukan periode paparan yang lebih lama," katanya.

Ia juga menyinggung desain riset tersebut. Menurut dia, kemungkinan terdapat sejumlah faktor penyebab stroke lainya yang tidak diukur oleh periset. Terlebih, lanjut Goldstein, partisipan riset itu hampir 70 persennya adalah pengguna vape tunggal yang berusia 18 hingga 24 tahun.

Untuk penelitian ini, Parekh dan timnya mengumpulkan data dari hampir 162.000 orang berusia 18 hingga 44 tahun. Mereka disurvei pada tahun 2016 dan 2017.

Selain merokok, para peneliti mempertimbangkan faktor-faktor seperti seberapa sering orang menggunakan vape dan rokok tembakau. Termasuk menganalisis data kesehatan peserta seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol tinggi. Ditambah analisis data berat badan, aktivitas fisik, dan penggunaan alkohol.

Mereka menemukan bahwa orang yang menggunakan vape atau rokok tembakau ataupun keduanya sekaligus, cenderung menjadi putus sekolah atau hanya memiliki ijazah sekolah menengah. Mereka juga menemukan bahwa mereka cenderung tak memiliki pasangan, gemar minuman keras, dan mengalami obesitas.

Stanton Glantz, direktur Pusat Pengendalian Tembakau, Riset dan Pendidikan di University of California, San Francisco, mengatakan kebanyakan orang tidak berhenti mengonsumsi rokok tembakau meski sudah menggunakan vape. Tapi malah cenderung menggunakan keduanya sekaligus, sehingga meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung.

Padahal, lanjut dia, para pendukung vape menyebut bahwa rokok elektrik itu adalah pilihan tepat untuk beralih dari rokok tembakau. Sebab, bagi para pendukung itu, risiko stroke dan serangan jantung akibat vape lebih sedikit.

"Tapi dunia tidak seperti itu sekarang. Masyarakat merokok tembakau dan menambahkan juga vaep. Dalam jangka panjang, mereka yang menggunakan keduanya akan lebih buruk dari mereka yang hanya menggunakan salah satunya," kata Glantz.

Strategi terbaik untuk kesehatan Anda, kata Galntz, adalah dengan tidak merokok tembakau dan juga tidak merokok vape.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement