REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rita Pranawati menilai pentingnya pengenalan identitas diri kepada anak sejak usia dini. Menurutnya, pengenalan identitas diri, salah satunya menyangkut jenis kelamin.
Pengenalan identitas diri disampaikan Rita sebagai upaya mencegah terjadinya penyimpangan seksual maupun kekerasan seksual. "Ini kan menjadi penting ya karena kan penyimpangan itu baik sesama atau lawan jenis kan ya, jadi identitas dirinya itu memjadi penting," ujar Rita saat dihubungi wartawan, Jumat (10/1).
Karena itu, ia berharap itu dimasukkan dalam pola pengasuhan orang tua kepada anak. Menurutnya, peran kedua orang tua dalam pola pengasuhan sangat penting guna memberikan pengenalan identitas anak laki-laku maupun perempuan.
"Sering salah kaprah itu kan pengasuhan itu dianggap sebagai tugasnya ibu padahal di situ ada peran ayah yang penting untuk figur laki laki. Model laki laki untuk laki laki seperti apa, bagi anak perempuan seperti apa, itu penting," ujarnya.
Ia melanjutkan, pengasuhan kedua orang tua juga penting untuk memberikan pendidikan seks maupun kesehatan reproduksi sejak dini kepada anak. Dengan begitu, anak diberi pembekalan bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan tidak.
Ia juga menekankan pembekalan tersebut harus diberikan ke semua anak baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Rita, selama ini cenderung pendidikan seks dini lebih banyak diberikan kepada perempuan daripada laki-laki.
"Pengalaman saya, anak laki laki pengetahuan tentang pendidikan kesehatan reproduksi itu kurang, saya sering ke sd-sd itu kalau anak perempuan itu biasanya lebih banyak. Sementara anak laki-laki itu nggak begitu, jadi saya kira perlu diberikan semuanya sejak awal," ujar Rita.
Selain itu, ia menilai komunikasi orang tua juga diperlukan saat anak mulai beranjak dewasa dan memasuki fase tertarik dengan lawan jenis. Hal ini agar anak diarahkan ke arah yang lebih baik.
"Karena kan fase tertarik dengan lawan jenis kan itu lho nya, tinggal diarahkan diajak ngobrol sampai mana yang boleh dan tidak, tetapi bukan interaktif, itu fase kritikalnya," ujarnya.
Karena itu, ia meyakini jika pembekalan terhadap anak sudah dilakukan sejak awal, anak lebih kokoh dalam menjalani kehidupan sosial di masa mendatang. Sehingga bisa mencegah anak melakukan penyimpangan maupun kekerasan seksual
"Menurut saya nilai-nilai yang sudah dipondasikan menurut saya akan kuat sehingga ketika sudah kuliah tahu mana yg benar dan mana yang tidak, juga tidak akan mudah terjerat, terjerat ke hal hal yang menjerumuskan," ujarnya.