Kamis 09 Jan 2020 18:19 WIB

Film NKCTHI Bagai Surat Cinta dan Pelukan Hangat Keluarga

Film NKCTHI yang diadaptasi dari novel sedang tayang di bioskop.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Adegan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.
Foto: Dok Visinema Pictures
Adegan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (NKCTHI) yang sedang tayang di bioskop menyisakan kesan mendalam saat menyimaknya. Sinema drama tersebut bagaikan sepucuk surat cinta bagi penonton keluarga.

Film berkisah tentang Awan (Rachel Amanda), yang hidup bersama ayah, ibu, dan kedua kakaknya, Angkasa (Rio Dewanto) dan Aurora (Sheila Dara). Sekilas, hidup keluarga tersebut terkesan bahagia dan sempurna.

Baca Juga

Padahal, ada sejumput misteri masa lalu yang getir diselami. Trauma mendalam yang membuat hubungan antaranggota keluarga menjadi renggang. Perlu keberanian dan keikhlasan untuk kembali merekatkan cinta yang retak.

Sinema membahas secara proporsional perspektif masing-masing tokoh. Angkasa yang penuh beban dan tekanan, Aurora yang merasa tidak diacuhkan, serta Awan yang mencari jati diri. Begitu juga kecamuk perasaan ayah dan ibu.

photo
Adegan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

Sutradara Angga Dwimas Sasongko mengemas film menjadi tayangan manis yang terasa dekat dengan siapa saja. Meskipun tiap keluarga memiliki masalah dan rahasianya sendiri-sendiri, pasti ada aspek yang terasa akrab dari cerita.

Bisa saja ada penonton yang merasa dirinya lekat dengan sosok Angkasa atau Aurora. Atau, terjebak hubungan serupa romansa Awan dan Kale (Ardhito Pramono) yang sukses membuat baper. Apapun itu, menonton NKCTHI sangat menguras emosi.

Karena aspek dramanya yang kental, penonton akan dibuat menangis haru, tertawa geli, atau merasa iba pada kondisi dalam film. NKCTHI juga mengajak penonton memperhatikan kesehatan mental dan berani menghadapi ketakutan.

Alur maju-mundur dalam penceritaan tidak menjadi masalah yang mengganggu keseluruhan plot. Meski begitu, konflik film cukup rumit sehingga terkesan bertumpuk dan bertele-tele. Beberapa adegan juga mungkin kurang sesuai dengan kultur sebagian masyarakat.

Sinema mengadaptasi buku laris karya Marchella FP yang berjudul sama. Sutradara Angga bersama Jenny Jusuf dan Melarissa Sjarief mengembangkan buku berisi deretan kutipan penyemangat menjadi skenario dan penokohan yang utuh.

Hasilnya, film ke-13 besutan rumah produksi Visinema Pictures ini menghadirkan pengalaman jatuh, bangun, patah, tumbuh, mencari, dan menemukan. Film bagaikan pelukan hangat yang menenangkan, membuat penonton semakin mencintai keluarga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement